TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Film Drama Klasik yang Bakal Memperbaiki Mood Kamu

Bisa bikin kamu ketagihan nonton film klasik

The Secret Garden (1993) (Dok. Warner Bros/The Secret Garden)

Buat kamu yang lagi demotivated, yang suka sejarah, yang jarang nonton film klasik, atau yang cuma lagi bingung mau nonton apalagi karena kayaknya semua film udah pernah ditonton, yuk coba film dari era kakek-nenek kita! Film klasik terkenal dengan ending-nya yang terkesan aman, jadi bisa menjadi comfort movie untuk mengembalikan mood ketika kamu lagi capek dan gak bersemangat.

Di bawah ini, kamu akan disuguhkan tujuh lis film drama klasik yang diurutkan berdasarkan tahun releasenya. Dijamin bakal bikin kamu ketagihan nonton film klasik deh. Selain ceritanya ringan dan gak membosankan, pemerannya juga sering jadi referensi pop culture, lho! Buat kamu yang sering nonton film pasti tau deh nama-nama legendaris ini. Penasaran?

1. Gone With the Wind (1939)

Vivien Leigh dan Clarke Gable dalam film Gone With the Wind. (Dok. Warner Bros/Gone With the Wind)

Film legendaris ini merupakan salah satu rekomendasi wajib dari penikmat film klasik. Film ini diadaptasi dari novel yang ditulis oleh jurnalis, Margaret Mitchell, dan memenangkan medali Pulitzer Prize di tahun 1937. Buku dengan tebal 1124 halaman ini lalu ‘diringkas’ jadi film berdurasi (hampir) empat jam. Segaris dengan pencapaiannya di dunia literatur, filmnya sudah memenangkan delapan kategori Oscars Academy Awards pada tahun 1940.

Trivia: Hattie McDaniel yang memerankan ‘mammy’ di film ini adalah keturunan Afrika-Amerika pertama yang memenangkan piala Oscar. Ia menang pada kategori Pemeran Pembantu Terbaik saat Amerika masih berada di periode racial segregation. Piala Oscarnya sendiri diberikan di bar khusus untuk orang berkulit gelap (pada saat itu).

Latar belakang cerita diambil pada masa pecahnya perang sipil antara Utara dan Selatan. Berfokus pada nasib Scarlett O’Hara (Vivien Leigh), gadis tercantik di Georgia yang gemar mengundang kontroversi. Scarlett merupakan gadis kelas atas manja dengan segala privilege-nya yang kemudian ditempa takdir untuk berdiri di atas kakinya sendiri. Intinya, nasib mengasahnya menjadi perempuan yang tahan banting.

Sebagai gadis tercantik nan kaya, Scarlett selalu dapat melihat peluang untuk mendapatkan apapun yang dia mau dengan cara apapun. Genit, manipulatif, culas, dan ceroboh, tapi juga gigih, penyayang, dan optimistis. Karakter Scarlett bakal bikin emosi kamu naik-turun. Di samping itu, kamu juga akan disuguhkan sudut pandang baru tentang dampak perang bagi orang kaya non-bangsawan. Menunjukkan bahwa dalam situasi perang, posisi mereka juga sama rapuhnya seperti rakyat jelata.

2. Gentlemen Prefer Blondes (1953) 

Marylin Monroe dalam Gentlemen Prefer Blondes (dok. Twentieth Century Fox 1953/Gentlemen Prefer Blondes)

Film komedi musikal ini merupakan salah satu referensi pop culture di Hollywood. Gaun merah muda yang dikenakan Marilyn Monroe ini sudah sering muncul dalam adegan film dan video musik seperti; Madonna - Material Girl, serial TV Gossip Girl, film Harley Quinn: Birds of Prey, maupun tema photoshoot Kylie Jenner. James Franco juga pernah mengenakan gaun ini saat jadi pembawa acara di Academy Awards 2011.

Film ini bercerita tentang persahabatan Lorelei Lee (Marilyn Monroe) dan Dorothy Shaw (Jane Russell) yang bekerja sebagai show girl di bar kelas atas New York. Lorelei Lee digambarkan sebagai gadis pujaan yang polos, ceroboh, dan memiliki selera tinggi. Ia berambisi menikahi pria kaya untuk memperbaiki nasibnya. Sedangkan Dorothy digambarkan sebagai gadis cerdas yang naif. Keduanya memiliki karakter yang kontras tapi saling membutuhkan. Dorothy selalu siaga melindungi Lorelei yang ceroboh, sedangkan Lorelei selalu sigap mementahkan kenaifan Dorothy. Ceritanya ringan tapi dijamin gak membosankan.

Trivia: Ada kejadian tak terduga di salah satu adegan kolam renang. Jane Russell sebenarnya gak dimaksudkan untuk ikut masuk ke kolam renang bersama para dancer. Tapi salah satu dancer gak sengaja menyenggol badan Jane yang menyebabkannya tercebur ke kolam. Jane sendiri tetap meneruskan adegannya, tapi terlihat kalau ia sendiri kaget. Adegan ini gak dipotong karena dianggap sebagai kecelakaan yang ‘rapi’.

Baca Juga: 10 Film Sci-Fi dan Fantasi Terbaik dari A24 Studio, Mind Blowing!

3. Sabrina (1954)

Sabrina (Dok.1954 Paramount/Sabrina )

Film dengan setting monokrom ini merupakan film kedua Audrey Hepburn. Ia berusia 23 tahun ketika memenangkan piala Oscar, di tahun pertamanya sebagai pemeran utama dalam sebuah film dan memerankan Sabrina di tahun berikutnya. Selain Audrey Hepburn, film ini juga diperankan oleh Humphrey Bogart dan William Holden yang sudah lebih dulu memiliki nama besar di Hollywood.

Trivia: Dalam film ini, Audrey Hepburn dikatakan tengah terlibat skandal dengan William Holden. Bahkan Bogart mengatakan kalau hubungan keduanya mempengaruhi profesionalitas ketiga aktor kunci, menyebabkannya (sebagai salah satu aktor kunci) gak nyaman dalam menjalankan perannya. Edward Z Epstein menerbitkan satu buku khusus yang membahas tentang hubungan keduanya pada saat itu.

Film ini bercerita tentang Sabrina Fairchild yang merupakan anak dari sopir pribadi dan juru masak keluarga Larrabee. Keluarga Larrabee adalah bangsawan yang ramah dengan dua anak laki-laki. Selama ini, Sabrina dan ayahnya tinggal di komplek asisten rumah tangga di area rumah belakang keluarga Larrabee, jadi Sabrina sudah mengenal dekat kedua kakak-beradik Larrabee; Linus (Humphrey Bogart) dan David (William Holden) sejak kecil.

Sabrina sendiri sudah lama menyimpan perasaan kepada David Larrabee yang seorang playboy. Inti ceritanya sih tentang kasih tak sampai, dengan moral yang bisa dipetik: kadang hal yang paling kita inginkan belum tentu adalah yang terbaik untuk kita. Film ini memberi pesan untuk jangan keburu mengutuk nasib, karena mungkin kita sedang diarahkan ke sesuatu yang lebih sesuai untuk kita. Jadi buat sad girls/boys, banyak dialog yang bisa kamu jadikan quotes, tuh.

4. To Catch A Thief (1955)

To Catch A Thief (1955) (dok. Paramount Pictures 1955 via Blu-ray.com)

Film genre crime yang diperankan oleh Grace Kelly dan Cary Grant ini disutradarai oleh Alfred Hitchcock. Hitchcock merupakan salah satu sutradara genre crime dan thriller terkenal era keemasan Hollywood. Ia adalah salah satu penggagas film plot twist. Selain itu, filmnya juga banyak dipakai sebagai bahan studi mahasiswa/i sinematografi di seluruh dunia.

Cerita berawal dari John ‘the Cat’ Robie yang diperankan Cary Grant sebagai mantan pencuri perhiasan, dituduh kembali beraksi oleh mantan teman-teman seperjuangannya. Robie dianggap sudah mencemari reputasi mereka sebagai mantan narapidana yang sudah bersih. Dasar tuduhannya sih karena si pencuri menggunakan metode yang sama sepertinya.

Robie gak terima dan berjanji akan membuktikan bahwa itu bukan dia. Dalam aksinya mengungkap si peniru, Robie bertemu Frances Stevens yang diperankan Grace Kelly, gadis Amerika yang kaya. Ia sedang berlibur di Paris bersama ibunya. Buat yang suka cerita plot twist yang ringan, bisa banget nonton film Hitchcock yang ini.

Trivia: Grace Kelly dilamar oleh Pangeran Rainer III dari Monaco setelah film ini dan resmi menikah di tahun berikutnya. Di Monaco sendiri, Raja dan Ratunya disebut sebagai Pangeran dan Putri karena sejarahnya, Kerajaan Monaco memposisikan diri sebagai aliansi bagi kerajaan yang lebih besar di Eropa. Jadi sebenarnya, Grace Kelly dinikahi oleh seorang Raja. Kelly juga masih sempat memerankan beberapa film setelah menikah dengan sang Pangeran sebelum akhirnya benar-benar mundur dari dunia film untuk menjalankan kewajibannya sebagai Putri (Ratu) di Monaco.

5. The Rat Race (1960)

The Rat Race (1960) (Dok. Paramount Pictures via imdb)

Judul ini sebenarnya cukup menggambarkan isi filmnya kok. Menurut Merriam-Webster Dictionary, rat race adalah slang yang artinya kompetisi 'kotor' antarmanusia untuk bersaing meraih status, power, dan kekayaan. Sedangkan filmnya sendiri bercerita tentang pertemuan perantau baru dan lama, yang sama-sama sedang memperjuangkan hidup mereka di kota besar. Cukup relate sama kehidupan orang perantauan.

Ceritanya Pete Hammond Jr. (Tony Curtis) datang untuk mencari pekerjaan di New York sebagai pemain saxophone. Yang sempat menjadi korban penipuan, perampokan, ditelantarkan oleh pihak berwenang, hingga korban mafia. Ia bertemu Peggy Brown (Debbie Reynolds) yang berprofesi sebagai model dan penari yang saat itu sudah bangkrut. Peggy yang sudah lima tahun menghadapi kerasnya kota besar ini banyak memberi masukan tentang kerasnya hidup di kota besar.

Mereka bertemu ketika Peggy diusir oleh pemilik apartemen karena menunggak biaya sewa. Sedangkan Pete adalah penyewa baru apartemen yang telah ditinggali Peggy selama ini. Saat itu Pete gak tega melihat keadaan Peggy yang gak punya tujuan pulang. Ia menawarkan share apartemen untuk sementara waktu, dan Peggy setuju. Film ini mengajarkan kita tentang ketulusan yang bisa didapat dari orang asing.

Trivia: Kabarnya, film ini merupakan salah satu landasan dari konsep share apartement/co-living di Amerika (khususnya kota besar) untuk mengakali biaya sewa tempat tinggal yang tinggi.

6. To Kill A Mockingbird (1962)

To Kill A Mockingbird (1962) (Dok. Universal Pictures 1962)

Film monokrom ini diadaptasi dari novel dan telah meraih tiga piala Oscar pada 1963. Ditulis oleh Harper Lee dan dianugerahi medali Pulitzer, selang setahun setelah diterbitkan. Bukunya syarat akan pesan moral jadi gak salah kalau akhirnya ditetapkan sebagai salah satu literatur wajib bagi murid sekolah dasar di Amerika Serikat. Sedangkan untuk filmnya sendiri, sejauh ini belum ada remake.

Untuk memahami latar belakang ceritanya, kita harus kembali ke sejarah Amerika pada tahun 1930-an yang masih syarat akan isu racial segregation atau pemisahan kasta sosial berdasarkan warna kulit dan racial stereotypes. Ceritanya berfokus pada karakter sang ayah, Atticus Finch (Gregory Peck) yang berprofesi sebagai pengacara di Alabama. Ia merupakan ayah tunggal dari anak laki-laki yang berusia dua belas tahun bernama Jem (Philip Alford) dan gadis kecil berusia enam tahun bernama Jean-Louise ‘Scout’ Finch (Mary Badham) yang tomboy.

Keseluruhan film ini sih menceritakan bagaimana Atticus bertindak sebagai role model bagi kedua anaknya. Ia mengajarkan tanggung jawab moral, keberanian, keadilan dan integritas. Ia selalu memikirkan tindak-tanduknya sebagai orangtua karna merasa harus selalu memberi contoh yang baik bagi kedua anaknya. Nantinya anak-anak ini akan menjadi saksi atas kejamnya ‘norma sosial’ yang berlaku di dunia dan (secara tidak sengaja) membuktikan integritas ayahnya sebagai orangtua. 

Trivia : Perannya sebagai Atticus Finch di film ini membantunya meraih piala Oscar pertamanya pada kategori Best Actor yang kemudian disusul banyak penghargaan bergengsi lain seperti Lifetime Achievement Award dari American Film Institute. Aktor yang sempat menjabat beberapa tahun sebagai presiden di Oscars Academy Awards ini juga dianugerahi predikat sebagai Greatest Male Stars of All Time pada 1999.

Baca Juga: 7 Film Horor yang Siratkan Pesan Moral Penting, Udah Nonton?

Writer

Mariza Safira

An active learner who survives on caffeine.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya