TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Warung Jamu Ginggang, Kedai Minuman Herbal Legendaris di Jogja

Bermula sejak 1930-an dari tangan abdi dalem Pakualaman

Potret warung jamu ginggang (google.com/maps/Mellany Octa)

Intinya Sih...

  • Warung Jamu Ginggang di Jogja mempertahankan tradisi sejak 1930.
  • Lokasinya berada dekat dengan Pura Pakualaman, menawarkan lebih dari 30 menu jamu dengan harga terjangkau.
  • Tampilan dan suasana warung masih kental dengan nuansa zaman dulu, cocok untuk nongkrong sambil menikmati jamu.

Di zaman modern seperti sekarang, banyak jenis minuman bermunculan yang mengklaim baik buat kesehatan. Mulai dari ampuh turunkan kolesterol sampai yang bikin pria 'tahan lama'. 

Namun, jauh sebelum ada obat-obatan modern, orang Indonesia mengenal racikan jamu sebagai penunjang kesehatannya. Warung Jamu Ginggang di Jogja adalah salah satu yang mempertahankan tradisi ini sejak 1930. Penasaran bagaimana kisahnya? Yuk, simak ulasan berikut!

1. Sejarah singkat Warung Jamu Ginggang

Dilansir laman Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta, Warung jamu Ginggang ini sudah mulai dirintis sejak tahun 1930. Ia adalah Bilowo, abdi dalem Puro Pakualaman yang mengawali warung tersebut. Bilowo dikenal sebagai pembuat jamu untuk Kanjeng Sinuwun Paku Alam VII. 

Karena keterampilan dan seizin dari Paku Alam VII, Bilowo, mulai menjajakan jamu miliknya. Nama Ginggang sendiri adalah pemberian dari Sri Paku Alaman VI yaitu 'Jamu Jawa Asli Tan Ginggang'. Tan Ginggang adalah bahasa Jawa yang artinya selalu akrab, rukun dan bersatu.

Saat ini, Warung Jamu Ginggang telah dikelola oleh generasi kelima. Konsumennya datang dari berbagai lapisan masyarakat, mulai dari orang tua dan orang dewasa yang telah rutin mengonsumsi jamu, hingga anak perempuan usia SMP yang baru pertama kali menstruasi. 

2. Lokasi Warung Jamu Ginggang

Warung Jamu Ginggang berlokasi di Jalan Masjid Nomor 32, RT.034/RW.09, Kauman, Gunungketur, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta. Hanya berjarak 300 meter dari Pura Pakualaman atau jika kamu akan menuju dari Jalan Malioboro, jaraknya hanya 1,8 km atau tujuh menit berkendara. 

Tampak luar, Warung Jamu Ginggang kental akan suasana zaman dulu. Mereka yang berada di balik jamu-jamu berkhasiat ini pun rata-rata sudah berumur. Meski begitu, peminatnya selalu tinggi, lho! Kalau sedang ramai mereka bisa menjual sampai 200 gelas per harinya.

Baca Juga: Kantin Larasati, Kedai Pelepas Rindu Masakan Rumah di Jogja

3. Keunikan Warung Jamu Ginggang

Jangan mengira kalau di dalamnya akan ada pendingin ruangan, sofa nyaman, sampai Wi-fi laiknya kafe atau warung jamu kekinian yang mulai marak di Yogyakarta. Ginggang mempertahankan tampilan toko tua warna krem dengan kursi-kursi dan lemari kayu yang usianya mungkin saja lebih tua dari kamu. Namun tak perlu khawatir gerah, selain karena ada kipas, semilir angin dari luar toko cukup sejuk. 

Dapur Warung Jamu Ginggang juga berkonsep semi terbuka. Kalau beruntung, kamu bisa mengintip proses pembuatan jamu di dalamnya. Selain menyediakan jamu siap minum, ada yang versi bubuk atau bahan kering yang bisa buat oleh-oleh. 

Karena legendaris, warung ini kerap dijadikan jujugan para komunitas walking tour hingga saat ada acara-acara dinas. Tak sampai di situ, Warung Jamu Ginggang telah diliput oleh berbagai media nasional.

Verified Writer

Dyar Ayu

Halo!

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Berita Terkini Lainnya