TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kemdikbud Siapkan Link and Match 100 Prodi Vokasi dengan Dunia Kerja

Agar lulusan vokasi lekas terserap dunia industri

pixabay.com/felixioncool

Sleman, IDN Times - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi tahun ini menargetkan adanya link and match antara 100 Prodi Vokasi dengan dunia industri.

Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi menjelaskan, link and match ini dilakukan agar prodi vokasi di Indonesia bisa menghasilkan lulusan dengan kualitas dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia industri dan dunia kerja.

"Target program penguatan ini adalah sekitar 100 prodi vokasi di PTN dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) agar melakukan pernikahan massal di tahun 2020 dengan puluhan, bahkan ratusan industri. Program ini akan diteruskan dan dikembangkan di tahun-tahun berikutnya dengan melibatkan lebih banyak prodi vokasi," ungkapnya melalui keterangan tertulis pada Selasa (26/5).

Baca Juga: Persiapan New Normal, Ini Aturan Lengkap di Tempat Kerja dari Kemenkes

1. Link and match untungkan banyak pihak

Pexels.com/Pixabay

Wikan menerangkan, saat ini untuk penguatan prodi vokasi di PTS sendiri sudah dibuka melalui Program Pembinaan PTS (PP-PTS). Tahapannya pun sudah memasuki seleksi tahap akhir. Dia optimistis jika program link and match ini akan bisa menguntungkan banyak pihak. Bukan hanya dunia kerja yang diuntungkan lantaran lulusan sudah memiliki kompetensi yang sesuai, namun juga prodi vokasi akan lebih dihargai di dunia kerja.

"Jadi di masa pandemik ini, kita akan melakukan (semacam) perjodohan massal, bukan satu dengan satu, tetapi satu kampus vokasi dengan banyak industri," ungka mantan Dekan Sekolah Vokasi UGM ini

2. Materi training di industri akan dimasukkan sejak awal kuliah

pixabay.com/leejeongsoo

Menurut Wikan, untuk materi training di industri sejak awal akan dimasukkan ke dalam kurikulum, yang mana sejak awal pula mahasiswa akan diajari langsung oleh dosen bersama praktisi dari industri. Dia menjelaskan jangan sampai ketika sudah lulus mahasiswa masih harus di-training lagi oleh industri dengan susah payah. Selain memakan banyak waktu, biaya yang dikeluarkan juga lebih mahal.

“Keberhasilan program ini harus didukung dan perlu partisipasi aktif banyak pihak, baik pemerintah pusat maupun daerah. Selain itu pihak industri dan dunia kerja juga diminta agar terus membuka diri dan membuka hati, serta bersedia ikut terjun mendidik anak-anak bangsa, generasi Indonesia di masa depan," terangnya.

Baca Juga: Jadi Pilot Project New Normal Pariwisata, Dinpar Sleman Godok Protap 

Berita Terkini Lainnya