Mengenal Nini Thowong, Boneka yang Dipercaya Datangkan Hujan

Nini Thowong dari permainan anak menjadi mistis, mengapa?

Di Jogja, terdapat kesenian yang masih disangkutkan dengan hal mistis, yaitu Nini Thowong. Kesenian yang  berasal dari Kabupaten Bantul, dulu dikenal sebagai permainan anak-anak yang dimainkan kala bulan purnama, sekaligus dimunculkan saat upacara memanggil hujan, pengobatan, dan mencari benda hilang. Kini Nini Thowong justru dinilai mistis. Mengapa? Agar tak penasaran, yuk simak ulasannya!

1. Sejarah kemunculan Nini Thowong

Mengenal Nini Thowong, Boneka yang Dipercaya Datangkan HujanKesenian Nini Thowong (instagram.com/bantulcreativecity)

Mengutip laman Warisan Budaya Tak Benda, Kesenian Nini Thowong sudah ada sejak zaman Mataram di bawah kepemimpinan Panembahan Senopati. Di masa itu, Panembahan Senopati sering bertapa dekat Sungai Opak dan Oya.

Dengan berpura-pura menjadi pengemis untuk menyaksikan langsung kehidupan masyarakat, Panembahan Senopati melihat segerombolan anak-anak yang bermain boneka di bawah bulan purnama. Saat meminta air kepada mereka, anak-anak tersebut tidak memberikannya.

Ajaib, boneka yang terbuat dari tempurung kelapa tersebut tiba-tiba bisa bergerak dan mengikuti Panembahan Senopati hingga membuat anak-anak merasa girang. Namun, Panembahan Senopati yang berpura-pura jadi pengemis tersebut hilang, dan boneka kembali layu tak bernyawa. 

2. Asal nama dan bentuk Nini Thowong

Mengenal Nini Thowong, Boneka yang Dipercaya Datangkan Hujanboneka nini thowong (budaya.jogjaprov.go.id)

Menurut laman Kundha Kabudayan DIY, nama Nini Thowong berasal dari dua kata yakni Nini dan Thowong. Nini dalam bahasa Jawa memiliki arti nenek, dan Thowong dapat diartikan kosong. Sesuai namanya, boneka ini digambarnya seperti nenek yang bentuknya terbuat dari tempurung kelapa, kerangka bambu, dan diberi pakaian layaknya manusia.

Menurut sumber yang sama, boneka nini thowong lantas digunakan untuk memanggil roh yang dapat berpindah di benda tersebut. Roh ini bisa bersifat baik, atau malah sebaiknya.

Adanya kabar mengenai boneka jadi-jadian, banyak orangtua di zaman dulu akhirnya melarang anak-anaknya bermain di luar rumah sampai larut malam, apalagi bermain boneka berbentuk Nini Thowong. Sayangnya, tak semua anak-anak mengindahkan kata orangtuanya. Mereka tetap memainkannya karena bisa diajak berkomunikasi.

Baca Juga: Sejumlah Fakta Reog, Seni Tari yang Kini Tak Lagi Dipandang Mistis

3. Fungsi kesenian Nini Thowong zaman dulu

Mengenal Nini Thowong, Boneka yang Dipercaya Datangkan HujanKesenian Nini Thowong (panjangrejo-bantul.desa.id)

Pada zaman dulu, Nini Thowong merupakan media untuk pesan keagamaan dengan menyelipkan lagu yang mempunyai makna baik. Salah satunya adalah lagu berjudul Ilir-ilir, yang dinyanyikan sambil diiringi tepuk tangan. Sementara saat ini penampilan kesenian nini thowong, banyak menggunakan gamelan.

Secara fisik, boneka Nini Thowong bermakna sifat baik yang dilambangkan dengan warna putih dan sifat buruk dengan warna hitam. Adanya sesaji yang berisi kembang telon, air setaman, dan kemenyan, menurut laman Kundha Kabudayan DIY, bermakna adanya cita-cita luhur, untuk membangun bangsa dan negara.

Di daerah lain, kesenian ini juga dikenal dengan nama Nini Edhok, Nini Dhiwut, Cowongan, bahkan Jelangkung di mana pola komunikasinya bukan dari suara melainkan bisa menggeleng, mengangguk, meloncat, berputar, dan kedua tangan yang melambai-lambai. Mereka yang menyaksikannya tak diperkenankan untuk berbicara kotor, mengeluh, dan senantiasa berbuat baik agar tak menyebankan kemarahan roh yang berada dalam Nini Thowong.

Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang memainkan Nini Thowong dengan berbagai tujuan. Mulai dari wisata mistik, pengobatan, bahkan mencari peningkatan pendapatan. Kalau kamu, tertarik gak nih buat menyaksikan langsung kesenian unik satu ini?

Baca Juga: 8 Dokumenter Serial Killer Netflix Paling Mengerikan, Wajib Tonton!

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya