Permainan Tradisional Yang Tetap Abadi
Mencoba bertahan di era millennial
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Bantul, IDN Times - Di Bantul, Yogyakarta, ada sebuah kampung dimana warganya sebagian besar membuat mainan anak tempo dulu. Kampung itu bernama Kampung Pandes, namun saat ini desa itu lebih dikenal sebagai Kampung Mainan Dolonan Anak Tradisional.
Desa yang terletak sekitar 5 kilometer dari pusat kota Yogyakarta, Malioboro itu terletak di Jalan Parangtritis, Bantul atau hanya berjarak 1 kilometer dari sekolah pencetak seniman Yogyakarta, Institut Seni Indonesia (ISI).
Pandes diresmikan menjadi kampung dolanan anak sejak tahun 2006 setelah gempa terjadi di Yogyakarta. Warga yang ingin memulihkan ekonomi pasca gempa akhirnya berniat mengembalikan pamor dolanan anak yang dulu pernah menjadi kebanggaan.
Maka sejak saat itu, kampung ini dikenal sebagai kampung penghasil dolanan anak tradisional.
Baca Juga: Menengok Usaha Rumahan Bakpia, Oleh-oleh Khas Yogyakarta
1. Membuat mainan dari barang bekas
Salah satu pembuat mainan tradisonal anak adalah Simbah Atemo. Perempuan yang berusia mendekati 80 tahun ini, masih tampak sehat dan cekatan dalam membuat mainan anak. Dia mengaku membuat mainan anak sejak tahun 80an.
Sejak dahulu bahan mainan anak yang dia buat sebisa mungkin berasal dari kertas buku sekolah atau pembungkus rokok.
"Ya, karena modalnya kecil dan untungnya tidak banyak, simbah hanya bisa mengambil dari kertas bekas saja,"ujar Simbah Atemo sambil terkekeh.