TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Sejarah 7 Kampung di Kalurahan Ngampilan Jogja, Ada Kampung Algojo

Kamu sudah tahu belum?

Kirab Gunungan bakpia dalam Bakpia Day di Kalurahan Ngampilan, Kemantren Ngampilan, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (22/10/2022). (Dok. Pemkot Yogyakarta)

Kalurahan Ngampilan adalah salah satu kalurahan di Kota Jogja dengan luas kurang lebih 48 hektare. Kalurahan ini sudah ada sejak 1981 dan terdiri dari 7 kampung yakni Ngampilan, Mertolulutan, Suryotarunan, Sanggrahan, Pathuk, Ngadiwinatan, dan Purwodiningratan.

Masih berada di lingkup Keraton Jogja, kampung-kampung di Kalurahan Ngampilan terkenal sebagai tempat tinggal kerabat dan para abdi dalem Keraton. Masing-masing memiliki cerita dan keunikannya, berikut ini sejarah yang perlu kamu ketahui.

1. Kampung Ngampilan

Kirab Gunungan bakpia dalam Bakpia Day di Kalurahan Ngampilan, Kemantren Ngampilan, Kota Yogyakarta, pada Sabtu (22/10/2022). (Dok. Pemkot Yogyakarta)

Menurut laman Kalurahan Ngampilan, Kampung Ngampilan adalah tempat tinggal abdi dalem yang bertugas membawa ampilan atau barang bawaan keluarga kerajaan ketika akan pergi. Ampilan juga bisa diartikan sebagai upacara.

Abdi dalem yang disebut dengan Wignya dan Dermo tersebut bertugas mempersiapkan membawa perlengkapan upacara seperti pedang, tameng, panah, dan sebagainya.

Nama Wignya dan Dermo memiliki arti eksistensi sultan ketika berada di singgasana di hadapan rakyatnya. Sementara Dermo pun berarti sadermo atau tulus pada Sultan yang menjadi wakil utusan Tuhan Yang Maha Esa dan sanggup menata Agama.

Nah, abdi dalem tersebut lantas diberi sawah dan rumah. Di kampung Ngampilan sendiri juga terdapat Ndalem Mangkudiningrat yang merupakan tempat tinggal GPBH Mangkudiningrat putra ke-13 Hamengku Bowono ke VIII dari garwo BRAY Pujaningdiah.

2. Kampung Mertolulutan

Ilustrasi Mertolulut (instagram.com/energy_is_people)

Kampung Mertolulutan letaknya tak jauh dari Kampung Pathuk, berbatasan dengan Kampung Sanggrahan dan Notoyudan. Kampung tersebut menjadi tempat tinggal abdi dalem yang bertugas sebagai algojo atau pelaksana hukuman mati. Mertolulutan sendiri terdiri dari kata merto dan lulut yang artinya sabar menunggu kematian.

Selain abdi dalem Mertolulut, ada juga yang namanya Singonegoro yang tugasnya tak jauh berbeda. Namun abdi dalem Mertolulut bertugas sebagai pemancung dan abdi dalem Singonegoro tugasnya memenggal leher dengan alat atau pedang pusaka bernama Kyai Pengarep Arep.

3. Kampung Suryatarunan

Ilustrasi Geografis Ngampilan (ngampilankec.jogjakota.go.id)

Kampung Suryatarunan berlokasi di selatan Kampung Mertolulutan, atau di sebelah barat kampung Sanggrahan. Nama kampung tersebut diambil dari salah satu abdi dalem Keprajan yaitu Kanjeng Raden Tumenggung Suryotaruno (KRT Suryotaruno).

Baca Juga: Juru Supit Bogem, Tempat Sunat Legendaris di Jogja Sejak 1939

4. Kampung Pathuk

Ilustrasi pembuatan bakpia (IDN Times/Nindias Khalika)

Kampung Pathuk diambil dari kata pathok yang artinya batas. Mengutip dari Kalurahan Ngampilan, ada makam milik ahli bangunan pinilih di masa Pangeran Mangkubumi membangun Keraton Ngayogyakarta. Salah satu dari ketiganya ada yang meninggal dan dimakamkan di Pathuk, yakni Kyai Dipoyudo.

Saat ini, kampung Pathuk sendiri dikenal sebagai kampung bakpia. Selain itu juga terdapat Pasar Pathuk yang terkenal baik untuk belanja atau kulineran.

5. Kampung Sanggrahan

Ilustrasi Ngampilan (ngampilankel.jogjakota.go.id)

Bertempat di sebelah timur Kampung Pathuk, Kampung Sanggrahan berbatasan dengan Kampung Notoyudan di sebelah utara, sebelah selatan Kampung Purwodiningratan, dan berbatasan dengan Kampung Suryotarunan dan kampung Mertolulutan di bagian barat.

Kampung ini dulunya tempat istirahat untuk kerabat Kraton saat momen berburu binatang bersama. Sayangnya, kini tidak ada batasan atau bekas pesanggrahan tersebut.

6. Kampung Ngadiwinatan

Ndalem Ngadiwinatan (kebudayaan.kemdikbud.go.id)

Kampung Ngadiwinatan dulunya merupakan tempat tinggal GBPH Hadiwinoto, yakni putra ke-64 Sri Sultan Hamengku Bowono Vll dari istri BRAY Retno Mandoyo. GBPH Hadiwinoto dikenal sebagai guru seorang ahli sastra jawa. Nah, secara administratif Kampung Ngadiwinatan saat ini digunakan untuk asrama PDAD.

Baca Juga: Mengenal Tradisi Peh Cun dan Perayaannya di Jogja, Selalu Meriah

Berita Terkini Lainnya