Asal Mula Saparan Bekakak Ambarketawang Tradisi di Era Sri Sultan HB I

Tradisi warga untuk permohonan keselamatan

Intinya Sih...

  • Upacara Adat Saparan Bekakak Ambarketawang warisan tradisi Sri Sultan Hamengku Buwono I sejak 1755
  • Tradisi ini sebagai doa permohonan keselamatan warga pasca maraknya penambang batu gamping yang tertimbun reruntuhan
  • Hadirnya dua pasang boneka bekakak terbuat dari beras ketan dan beras Jawa untuk memohon keselamatan

Sleman, IDN Times- Upacara Adat Saparan Bekakak Ambarketawang merupakan salah satu warisan tradisi Sri Sultan Hamengku Buwono I. Berlangsung sejak tahun 1755, upacara adat ini tetap mempertahankan keasliannya, terutama penyembelihan dua pasang boneka bekakak yang dilakukan di Gunung Gamping.

Tradisi ini adalah wujud doa permohonan selamat warga setempat, pasca maraknya penambang batu gamping yang tertimbun reruntuhan, dan memunculkan keprihatinan dari sang raja. Hingga akhirnya Sri Sultan Hamengku Buwono I memerintahkan adanya ritual Saparan Bekakak. 

1. Kisah Ki Wirosuto dan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Asal Mula Saparan Bekakak Ambarketawang Tradisi di Era Sri Sultan HB IWarga memanggul bekakak menuju di situs Gunung Gamping, Jumat (23/8/2024). (Idntimes/Arianto)

Kawasan Ambarketawang di zaman dahulu, adalah sebuah perbukitan batuan gamping. Keberadaannya terkikis karena kebutuhan pembangunan, termasuk untuk pembangunan Istana Karaton Ngayogakarta Hadiningrat yang masih terjaga hingga saat ini. 

Alkisah satu demi satu penambang menjadi korban runtuhnya Gunung Gamping. Termasuk salah satunya Ki Wirosuto dan istrinya. Sosok ini adalah abdi dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dipercaya menjadi juru kunci Gunung Gamping. 

“Ki Wirosuto ini adalah orang kepercayaan sekaligus abdi dalem Sri Sultan Hamengku Buwono I yang dipercaya untuk menjadi juru kunci di Gunung Gamping. Pada suatu waktu, Ki Wirosuto dan istrinya Nyi Wirosuto meninggal karena tertimpa runtuhan batu gamping,” kata Ketua Penyelenggara Saparan Bekakak Ambarketawang, Wahyu Saktiaji saat ditemui di Kantor Kalurahan Ambarketawang Gamping, Sleman, Jumat (23/8/2024).  

Berawal dari sejumlah kejadian ini, menimbulkan keprihatinan Sri Sultan Hamengku Buwono I. Alhasil sang raja bertitah agar warganya membuat sebuah upacara adat, sebagai permohonan selamat kepada sang pencipta agar tak ada lagi musibah runtuhnya Gunung Gamping. 

“Memohon doa keselamatan kepada yang maha kuasa melalui perantara bekakak ini. Tradisi ini akhirnya tetap lestari selama ratusan tahun lamanya,” katanya.  

2. Wujud doa, bekakak terbuat dari tepung ketan

Asal Mula Saparan Bekakak Ambarketawang Tradisi di Era Sri Sultan HB ISepasang boneka Bekakak Ambarketawang yang dikirab menuju situs Gunung Gamping, Jumat (23/8/2024). (Idntimes.com/Arianto)

Hadirnya dua pasang boneka bekakak merupakan wujud doa untuk memohon keselamatan. Boneka bekakak terbuat dari beras ketan dan beras Jawa. Dua adonan utama ini digiling hingga menjadi tepung.

Tepung adonan ini dimasak untuk menjadi bahan baku pembentuk boneka. Untuk darah menggunakan cairan gula merah atau gula jawa. Cairan ini diletakan pada sisi leher, tepatnya kerangka badan boneka yang terbuat dari bambu. 

“Tepung yang terbuat dari campuran beras ketan dan beras Jawa ini lalu diuleni dan dimasak. Setelah jadi lalu ditempelkan ke kerangka bambu dan jadilah bekakak sejumlah dua pasang. Bekakak ini perlambang Ki Wirosuto dan istrinya,” katanya.  

Warga secara gotong royong membuat boneka Saparan Bekakak. Prosesi pembuatan boneka berlangsung di Dusun Gamping Kidul, Ambarketawang, sejak Kamis pagi (22/8/2024). Pada malam harinya berlangsung prosesi Midodareni yang mengantarkan boneka menuju Kantor Kalurahan Ambarketawang.  

Bersamaan dengan Midodareni, juga berlangsung pengambilan air suci dari sumber mata air Tirta Donojati dan Tirta Mayangsari. Lokasinya berada di Pesanggrahan Karaton Ambarketawang. Setelahnya air suci dan boneka bekakak diinapkan di Kantor Kalurahan Ambarketawang hingga prosesi hari ini

“Setelah jadi, semalam langsung prosesi midodareni yang ditandai dengan mengarak bekakak dan sajen ke Kantor Kalurahan Ambarketawang. Selain itu juga bersamaan ada pengambilan air suci di Pesanggrahan Karaton Ambarketawang,” ujarnya.  

Baca Juga: Mengenal Upacara Adat Merti Golong Gilig Kampung Wisata Dipowinatan

3. Boneka bekakak dikirab menuju situs Gunung Gamping

Asal Mula Saparan Bekakak Ambarketawang Tradisi di Era Sri Sultan HB IOgoh-ogoh yang turut dalam kirab Saparan Bekakak Ambarketawang, Jumat (23/8/2024). (Idntimes/Arianto)

Puncak saparan bekakak adalah penyembelihan boneka di Situs Gunung Gamping. Diawali adaya kirab yang berlangsung dari Kantor Kalurahan Ambarketawang. Kirab ini menghadirkan ogoh-ogoh, gunungan hasil bumi dan bregada prajurit.

Dua pasang boneka bekakak dikirab keluar dari Kantor Kalurahan Ambarketawang dan berjalan ke arah Jalan Wates. Dilanjutkan berjalan ke arah Timur, menuju simpang tiga Ringroad Gamping. Lalu berjalan ke sisi selatan menyusuri jalan Brawijaya Ringroad.

Dari simpang tiga ringroad, rombongan kirab menuju arah Barat melalui Jalan Anggrek Tegalrejo. Rombongan kirab lalu belok ke Utara melalui jalan Gunung Gamping dan masuk ke area Situs Gunung Gamping.

“Setelah disembelih, badan bekakak yang terbuat dari tepung ketan lalu dibagikan kepada pengunjung kirab. Ini wujud syukur dan berbagi berkah ke sesama,” katanya. 

Baca Juga: 11 Tips Liburan ke Jogja Naik Kendaraan Pribadi, Puas Jalan-jalan

Arianto Photo Community Writer Arianto

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya