Kegiatan alon.mlampah di Ndalem Mangkubumen (IDN Times/Dyar Ayu)
"Kalau aku sama Munadi jalan, pasti sering diajakin masuk ke rumah warga, diajak ngobrol sesepuh, di antar ke rumah orang-orang lain. Mereka sangat welcome. Dan menurut kita, tidak semua tempat (bisa dijadikan rute walking tour" jelas Kartikya.
"Isu ini juga saat aku kuliah di jurusan pariwisata ada yang namanya Jakarta Hidden Tour. Mereka bahkan sudah profesional membawa turis asing, sampai punya foundation, dan membangun desa-desa kumuh. Namun tetap saja, yang melihat bahwa itu (eksploitasi) kemiskinan juga ada." Ujar Munadi menambahkan.
Kartikya dan Munadi bahkan mengaku tak pernah berpikiran untuk mengeksploitasi kemiskinan. Keduanya juga berpendapat bahwa dengan mereka menceritakan sejarah dari suatu tempat, ada dampak nantinya kawasan tersebut kian dikenal. Buat mereka juga, Jogja yang mungkin dikenal pelan oleh masyarakat dari luar kota lainnya, ternyata juga mengalami perubahan yang signifikan.
Tur berjalan di rute Ndalem Mangkubumen berakhir dalam 1,5 jam. Hujan, gerimis, sampai terang, perjalanan yang masuk-masuk dalam gang, disertai sesekali menyapa warga sekitar terasa hangat dan menyenangkan.
Rasanya benar yang diajarkan Kartikya dan Munadi lewat alon.mlampah bahwa kadang kita perlu melambatkan langkah untuk menemukan sesuatu hal unik nan berharga. Pun untuk melihat keunikan yang ada, bisa datang dari berbagai macam sudut pandang. Apa pun, asalkan berniat baik untuk banyak orang, pasti membahagiakan untuk yang menjalaninya. Yuk, tak ada salahnya untuk menjajal tur berjalan dengan Alon Mlampah dan temukan secuil keajaiban Jogja lewat cerita!