Sejarah dan Fakta Kampung Ketandan, Pusat Pecinan di Jogja

Kampung pecinan yang berusia lebih dari 2 abad, lho

Kampung Ketandan Jogja adalah sebuah kampung pecinan yang mempunyai sejarah panjang di Yogyakarta. Lebih dari dua abad, Kampung Ketandan Jogja sukses menjadi bukti keragaman budaya China dan Jawa. Selain itu, kawasan ini dikenal sebagai destinasi wisata dan perekonomian di DI Yogyakarta juga, lho.

Berada di dekat kawasan Malioboro, mari kita menjelajahi lebih dalam perihal sejarah dan fakta menarik tentang Kampung Ketandan Jogja. Disimak, ya! 

1. Memiliki arsitektur Tionghoa yang mewah dan khas

Sejarah dan Fakta Kampung Ketandan, Pusat Pecinan di Jogjailustrasi budaya Tionghoa di Kampung Ketandan (instagram.com/Yogyakarta)

Kampung Ketandan Jogja dikenal sebagai destinasi wisata dengan arsitektur Tionghoa yang memukau. Arsitektur ini mencerminkan keindahan dan kekayaan budaya China yang menarik di tengah-tengah budaya Yogyakarta yang kuat dan masa penjajahan Belanda. Jadi tak mengherankan jika rumah-rumahnya memiliki corak arsitektur campuran antara China, tradisional Jawa, dan Indisch. 

Corak arsitektur Tionghoa bisa dilihat dari model bubungan yang masuk dalam kategori Ngan San yang dipadu dengan model atap pelana khas Jawa. Sedangkan ragam hias seperti binatang, bunga, serta huruf-huruf China dan tempat persembahan pada leluhur memang sangat kental dengan budaya Tionghoa. Untuk budaya Indisch khas Belanda tentu bisa dilihat dari dinding tebal dengan pilar-pilar penyangga serta bangunan dengan langit-langit yang tinggi. 

Selain itu, rumah-rumah di Kampung Ketandan sengaja dibangun menghadap ke jalan. Hal tersebut memang sengaja dibuat agar bangunan tersebut juga bisa menjadi area aktivitas perdagangan. Pembagian tata ruang di rumah-rumah pecinan Ketandan biasanya dibagi menjadi ruang depan sebagai tempat berdagang, ruang tengah untuk kamar tidur, area belakang sebagai dapur atau kamar mandi, serta lantai atas untuk kamar bahkan juga gudang barang.

2. Asal muasal nama Ketandan

Sejarah dan Fakta Kampung Ketandan, Pusat Pecinan di Jogjailustrasi Kampung Ketandan (instagram.com/rameliavitra)

Nama ‘Ketandan’ mempunyai asal muasal yang menarik karena berhubungan dengan peran pemungut pajak masyarakat Tionghoa untuk Keraton Yogyakarta. Ketandan berasal dari kata ‘Tondo’ yang menjadi ungkapan untuk pejabat penarik pajak atau pejabat tondo yang diberi wewenang langsung pada etnis Tionghoa oleh Sultan Hamengkubuwono. Hal ini menandakan keberadaan komunitas Tionghoa sebagai salah satu penggerak ekonomi di Yogyakarta. 

Komunitas Tionghoa di Yogyakarta mulai diakui sejak masa pemerintahan Sultan HB VII, yakni sekitar abad 19 Masehi dengan berdirinya Kampung Ketandan yang merupakan pusat pemukiman Pecinan di masa penjajahan Belanda. 

3. Peran Kapitan Tan Jin Sing dalam pembentukan identitas kampung

Sejarah dan Fakta Kampung Ketandan, Pusat Pecinan di Jogjailustrasi Tan Jin Sing (instagram.com/tandjoengsari)

Kampung ini tak bisa dipisahkan dengan sosok Tan Jin Sing, Kapiten Tionghoa kelahiran Kedu yang menjadi pelopor tokoh komunitas Tionghoa di Kampung Ketandan. Tan Jin Sing menetap di Jogja pada tahun 1803-1813. Tan Jin Sing adalah Bupati Nayoko 1 keturunan Tionghoa pada 18 September 1813. Hal inilah yang membuat sosok Tan Jin Sing bergelar Kanjeng Raden Tumenggung Secadiningrat.  

Gelar tersebut juga membuat Tan Jin Sing menjadi salah satu dari tiga keturunan Tionghoa dalam lingkungan Keraton Yogyakarta, yakni Trah Secadiningrat. Sedangkan dua keturunan lain adalah Trah Kartodirjo dan Trah Honggodrono.

Baca Juga: Fakta dan Sejarah Selokan Mataram, Kanal Air untuk Hindari Romusha

4. Menjadi salah satu pusat perekonomian dan budaya

Sejarah dan Fakta Kampung Ketandan, Pusat Pecinan di Jogjailustrasi Yammie Ketandan (instagram.com/hiddengemyogyakarta)

Selain sebagai pusat kebudayaan, Kampung Ketandan juga menjadi pusat perdagangan. Masyarakat Tionghoa yang tinggal di kampung ini umumnya berdagang untuk mencari nafkah. Itulah mengapa kita akan menemukan banyak toko-toko di kawasan ini seperti toko obat tradisional, toko emas perhiasan, dan toko kelontong. Ada juga warung dan restoran khas kuliner Chia seperti Roti Djoen, Bakmi Ketandan, Yammie Ketandan, serta Sate Babi Ketandan yang populer.  

Tak hanya level kecil, dalam beberapa tahun belakangan ini, Kampung Ketandan juga dirancang sebagai pusat ekonomi baru di Malioboro oleh Pemerintah DI Yogyakarta. Alhasil, sejak tahun 2022, pemerintah sudah berupaya merevitalisasi lima bangunan dan selanjutnya dilakukan penataan yang membuat Kampung Ketandan semakin terasa nyaman. Penataan ini dilakukan karena DI Yogyakarta menjadi sumbu filosofi sebagai warisan budaya UNESCO. 

5. Pekan Budaya Tionghoa menjadi acara tahunan yang menarik di Kampung Ketandan

Sejarah dan Fakta Kampung Ketandan, Pusat Pecinan di Jogjailustrasi choipan (instagram.com/riderkulineran)

Bukan hanya mempunyai sejarah yang kaya serta arsitektur yang menakjubkan, Kampung Ketandan juga menjadi pusat kegiatan budaya, lho. Hal ini ditunjukkan salah satunya melalui Pekan Budaya Tionghoa (PBT). Di sini, para pengunjung diajak melihat berbagai budaya Tionghoa seperti wayang potehi, festival lagu mandarin, dan tarian tradisional China.

Pengunjung juga diajak menikmati berbagai makanan Tionghoa seperti bacang, yammie, dan lainnya. PBT sendiri memang digelar untuk mengajak masyarakat lebih mengenal budaya Tionghoa yang menarik dan ajang berkumpul komunitas Tionghoa. Oh ya, biasanya PBT diadakan dekat dengan waktu Imlek atau tahun baru China, lho.

6. Lokasi dan demografi Kampung Ketandan

Sejarah dan Fakta Kampung Ketandan, Pusat Pecinan di Jogjailustrasi Kampung Ketandan Jogja (instagram.com/lilis971)

Kampung Ketandan dekat dengan kawasan Malioboro, tepatnya di Kemantren Gondomanan. Kampung Ketandan sendiri terdiri dari tiga RW dengan populasi sekitar seribu kepala keluarga (KK). Berada di tengah kota Jogja, Kampung Ketandan menjadi salah satu destinasi wisata yang sayang untuk dilewatkan.

Kampung ketandan, dengan lebih dari dua abad sejarahnya, menjadi warisan budaya yang memadukan budaya Tionghoa dan Jawa secara harmonis. Jadi sempatkan untuk datang ke Kampung Ketandan jika sedang berada di Jogja. Selamat berlibur!

Baca Juga: Fakta Between Two Gates, Kampung Unik di Kotagede Sejak 1840

Lathiva Photo Community Writer Lathiva

Senang membaca dan menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Paulus Risang
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya