Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Renaisansi Coffee and Theotraphi, Book Cafe yang Jual Ilmu
Tampak depan Theotraphi (Dok. pribadi/Clean Qurrota)

Intinya sih...

  • Renaisansi Coffee and Theotraphi kembali buka dengan branding yang lebih baik setelah sejak 2015

  • Menu kopi unik dengan nama-nama filsafat dan sastra, seperti Stoikisme, Rasionalisme, dan Estetika

  • Koleksi buku lengkap mulai dari filsafat, sejarah, sastra, ilmu sosial, hingga musik dan seni

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berkunjung ke Yogyakarta tak melulu harus ke Malioboro. Jogja punya banyak tempat menarik lainnya, terutama buat kamu para pencinta buku. Salah satunya adalah book cafe, tempat ngopi yang menyatu dengan nuansa literasi.

Kalau kamu sedang mencari destinasi di Jogja yang punya suasana tenang, estetik, dan penuh aroma buku, maka Renaisansi Coffee and Theotraphi wajib banget masuk list kunjunganmu. Kenapa sih kafe buku yang satu ini begitu spesial? Yuk, simak cerita kunjunganku ke Renaisansi Coffee and Theotraphi berikut ini!

1. Saat Renaisansi Coffee and Theotraphi kembali menyeduh cerita

Ruang utama Theotraphi (Dok. pribadi/Clean Qurrota)

Satu alasan kuat kenapa kamu harus berkunjung ke Renaisansi Coffee and Theotraphi yaitu karena kafe buku satu ini baru saja reopening. Ya, mereka kembali menyeduh cerita di tengah hiruk pikuk keramaian kota. Sebetulnya, toko buku independen satu ini sudah berdiri sejak September 2015, tentu gak bisa dibilang baru ya. Tapi aku sendiri baru kesampaian datang setelah Renaisansi buku kembali dengan branding yang lebih baik tentunya. 

Alasan lainnya yang bikin kamu harus mengunjungi Renaisansi Coffe and Theotrapi yaitu ambience tempat ini yang sepertinya gak  akan kamu temukan di tempat lain. Ruangannya sih gak begitu besar, tapi bayangkan bahkan setiap sudutnya diisi dengan buku. Kalau ngulik satu hari mungkin gak akan selesai. Aroma buku lawas dan baru berkombinasi dengan kopi, ah tentu perpaduan yang ciamik. 

Gak hanya itu, pemiliknya sepertinya tahu kebiasaan pembaca buku mereka sengaja memutar lagu yang soft dan tenang. Jadi kamu bakalan betah berlama-lama disini. Soal penataan ruangan gak perlu diragukan lagi, setiap sudutnya cantik dan estetik, terutama tulisan Theotraphi di ruangan utama, dengan temaram lampu baca kuning seperti hasil foto kamu bakalan instagrammable banget!

2. Menu yang tak sekadar rasa tapi juga sarat makna

Salah satu menu kopi di Renaisansi (Dok.pribadi/Clean Qurrota)

Karena ini konsepnya book cafe, jadi gak lengkap rasanya kalau gak mencicipi kopi yang ada di Renaisansi Coffe and Theotrapi. Jadilah aku memesan salah satu kopi, namanya Stoikisme. Ya benar, kamu gak salah dengar karena namanya emang unik-unik. Kopi Stoikisme ini punya rasa kopi yang gak terlalu strong tapi tetep berasa, manis karamel alami dari plam sugarnya menciptakan perpaduan yang harmonis. 

Uniknya, gak cuma Stoikisme. Ada juga Rasionalisme untuk varian butterscotch, Empirisme untuk salted caramel, Positivisme untuk hazelnut, Skeptisme untuk butterscotch + palm sugar, serta nama-nama lain seperti Dualisme, Humanisme, Pragmatisme, Kritisme, dan Strukturalisme.

Bahkan untuk menu espresso-based, tema filosofinya tetap konsisten. Kamu akan menemukan nama seperti Estetika, Semiotika, Semantika, Hermeneutika, hingga Idealisme. Kalau gak percaya, coba saja main langsung ke sana, dijamin kamu bakal tersenyum lihat daftar menunya.

3. Menelusur kehangatan tiap lembar buku

Jajaran buku di Theotraphi (Dok. pribadi/Clean Qurrota)

Seperti judul artikel kali ini, menurutku Renaisansi Coffee and Theotrapi gak hanya menjual kopi tapi juga “jual” ilmu. Gimana gak, koleksi bukunya itu lho, semua genre ada. Mulai dari buku filsafat, baik filsafat Barat maupun Timur, teori politik, sampai pemikiran kritis, semuanya tersedia.

Buku sejarah pun gak kalah lengkap. Ada koleksi sejarah dunia, biografi tokoh, hingga politik modern dan klasik. Kalau soal koleksi sastra, gak perlu ditanya lagi. Renaisansi Coffee and Theotrapi punya selera yang bagus untuk sastra klasik Indonesia, novel dunia, hingga karya sastra kontemporer. Banyak karya Pramoedya Ananta Toer terpajang di rak, begitu juga kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono.

Tenang aja, buku-buku seputar ilmu sosial, sains, gender, dan kesehatan juga ada di sini. Bahkan, koleksi buku musik dan seni pun tersedia, siap menemani secangkir kopi dan sore yang panjang.

Menutup kunjungan kali ini, aku cuma bisa bilang kalau Renaisansi Coffee and Theotrapi adalah perpaduan manis antara aroma kopi, lembaran buku, dan percakapan yang tenang. Tempat ini bukan cuma soal duduk manis sambil nyeruput minuman, tapi juga tentang meresapi suasana, menemukan buku yang mungkin akan mengubah cara pandangmu, dan pulang dengan hati yang lebih penuh.

Jadi, kalau suatu hari kamu mampir ke Jogja, sempatkan untuk duduk di salah satu sudutnya, pesan kopi dengan nama yang bikin kamu penasaran, lalu biarkan waktu berjalan pelan sambil kamu larut dalam bacaan. Siapa tahu, kamu gak cuma pulang dengan foto estetik, tapi juga dengan ide-ide baru yang hangat di kepala.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team