Tugu Khatulistiwa, Penanda Batas Lintang Bumi di Kota Pontianak

Jika Yogyakarta punya Tugu Putih yang jadi pilihan destinasi wisata para pelancong, Kalimantan Barat memiliki Tugu Khatulistiwa yang sebulan dikunjungi lebih dari 7.000 pengunjung baik domestik maupun mancanegara.
Sesuai dengan namanya, tempat ini merupakan penanda lintang nol derajat dan garis khatulistiwa sebagai pembatas Lintang Utara (LU) dan Lintang Selatan (LS). Menurut petugas Tugu Khatulistiwa Sutami tiang ini pertama kali dibangun tahun 1928. Tahun 1990, tugu ini kemudian diduplikat dengan ukuran lima kali lipat dari aslinya dan diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat tahun 1991.
1. Pertama kali dibuat tahun 1928
Tugu Khatulistiwa dibuat pertama kali oleh Belanda pada tahun 1928. Bentuk tugu ini terdiri dari empat tiang kayu ulin, lingkaran besar bertuliskan “EVENAAR”, serta tanda panah.
"EVENAAR" dalam bahasa Belanda memiliki arti ekuator. Lingkaran besar yang ada pada tugu melambangkan garis khatulistiwa sedangkan anak panah menunjukkan LU (anak panah) dan LS (ekor panah). Sementara itu, dua tiang kayu yang lebih tinggi merupakan simbol matahari terbit dan dua tiang lainnya yang lebih rendah melambangkan matahari terbenam.
2. Bergeser 117 meter
Meski telah ditetapkan sebagai letak lintang nol derajat, Sutami menjelaskan bahwa berdasarkan citra satelit pada tahun 2005 posisi tersebut bergeser ke selatan sejauh 117 meter atau 0,3 derajat. Kini, terdapat replika bola dunia di daerah di mana letak lintang nol derajat berada. Ia mengatakan pada bulan Maret dan September, Tugu Khatulistiwa ramai oleh pengunjung sebab mereka ingin menyaksikan fenomena alam berupa titik kulminasi matahari.
“Di jam 11 lebih sebelum zuhur matahari akan sejajar dengan garis khatulistiwa. Saat fenomena itu terjadi, benda atau tiang yang tonggak yang tinggi tidak akan memiliki bayangan. Durasi siang dan malam seluruh negara di dunia pun menjadi sama,” jelasnya.
Baca Juga: Tugu Golong-Gilig, Cikal Bakal Tugu Putih yang Jadi Ikon Yogyakarta
3. Melewati 12 negara
Sutami mengatakan garis khatulistiwa melewati 12 negara termasuk Indonesia. Namun, ia menilai garis khatulistiwa di Pontianak memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki daerah lain.
“Garis khatulistiwa di Pontianak adalah satu-satunya di dunia yang berada di tengah kota. Garis ini melewati 12 negara tapi cuma Pontianak yang berada di tengah kota,” jelasnya.
4. Penting untuk pembuatan peta dunia
Ia menjelaskan bahwa keberadaan garis khatulistiwa sangat penting untuk proses pembuatan peta dunia.
“Menggambar peta dunia itu lintang nol derajatnya dari sini. Tugu khatulistiwa jadi penanda titik nol lintang derajat dan batas LU dan LS,” ucapnya.
Selain itu, garis khatulistiwa juga berfungsi sebagai penentu iklim sebuah negara. Semua negara yang dilalui oleh garis ini, katanya, beriklim tropis di mana ada dua musim yang mendominasi sepanjang tahun, yakni musim kemarau dan hujan.
5. Dikunjungi oleh ribuan orang setiap bulan
Sutami mengatakan setidaknya ada 300 pengunjung yang mendatangi Tugu Khatuliswa tiap harinya. Dalam sebulan, sebanyak lebih dari 7.000 pelancong datang ke objek wisata di Kota Pontianak ini.
Ia menjelaskan banyak komunitas yang menyelenggarakan acara di tempat ini. Pada bulan Maret serta September pun pengelola Tugu Khatuliswa bersama pihak lain mengadakan acara meneropong proses terjadinya fenomena alam titik kulminasi matahari.
“Selain aktivitas meneropong, ada juga kuliner dan kegiatan lain. Tugu ini buka dari jam 7.15 hingga 16.30 setiap hari. Tapi jika ada acara atau pemberitahuan resmi kami bisa buka sampai malam,” jelasnya,
Itu dia penjelasan soal Tugu Khatulistiwa di Pontianak. Tertarik melancong ke sana?
Baca Juga: 7 Jajanan Tradisional Pontianak Ini Wajib Dicoba Saat Main ke Sana