Menelusuri Kisah Masjid Agung Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakarta

Masjid Agung Kotagede dibangun pada abad ke-16

Jika kamu mendengar kata Kotagede, mungkin yang terlintas pertama kali adalah berbagai jenis kerajinan dari perak. Kotagede yang terletak di Kabupaten Bantul ini memang terkenal sebagai sentra kerajinan perak.

Sebenarnya di Kotagede tidak melulu tentang wisata kerajinan perak saja lho yang bisa dikunjungi, namun juga bisa melakukan wisata sejarah, sebab wilayah tersebut pernah menjadi ibukota Kerajaan Mataram Islam.

Nah, salah satu destinasi menarik untuk dikunjungi di Kotagede adalah Masjid Gedhe Mataram atau Masjid Agung Kotagede yang berdiri pada abad ke-16.

Baca Juga: 7 Masjid Terbaik di Yogyakarta yang Asyik untuk Tujuan Salat Tarawih

1. Dibangun pada masa pemerintahan Ki Ageng Pamanahan

Menelusuri Kisah Masjid Agung Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakartaantarafoto.com

Asal muasal kisah Masjid Gedhe Mataram terjadi ketika Ki Ageng Pamanahan membuka alas atau hutan Mentaok yang terletak di Kotagede. Ia berniat membangun pemukiman yang kelak berfungsi sebagai pusat pemerintahan kerajaan. Masjid Agung Kotagede pun didirikan dan selesai dibuat tahun 1589 atau pada akhir abad ke-16.

Apriyanto dalam skripsi berjudul "Akulturasi Budaya dalam Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Kotagede" (2015) menjelaskan struktur bangunan masjid pada mulanya masih berupa langgar. Baru ketika anak Ki Ageng Pamanahan, Panembahan Senopati, bertahta, surau tersebut dipindahkan dan lokasi di mana langgar itu berada dibangun masjid yang kemudian menjadi cikal bakal Masjid Agung Kotagede.

2. Berdiri berdasarkan konsep masjid-makam

Menelusuri Kisah Masjid Agung Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakartavisitingjogja.com

Bangunan Masjid Gedhe Mataram dibagi menjadi beberapa bagian, yakni halaman, pagar keliling, masjid, dan makam. Makam yang terdapat di Masjid Agung Kotagede hanyalah diperuntukkan bagi keluarga besar trah raja-raja Mataram Islam.

Ada juga tempat peristirahatan terakhir yang terletak di belakang masjid. Tempat tokoh penting kerajaan seperti Ki Ageng Pamanahan dan Panembahan Senopati disemayamkan. Selain itu, ada pula makam Sultan Hamengku Buwono II serta kuburan Panembahan Seda Krapyak yang merupakan ayah raja terakhir Mataram Islam, Sultan Agung.

3. Bentuk akulturasi dengan budaya lain

Menelusuri Kisah Masjid Agung Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakartasumbar.antaranews.com

Baca Juga: Sempat Terbengkalai, MAS Kini Jadi Masjid Terbesar Kedua Nasional

Meski menjadi tempat ibadah bagi umat muslim, Masjid Agung Kotagede merupakan peninggalan sejarah akulturasi budaya yang berlangsung saat Kerajaan Mataram Islam. Beberapa budaya antara lain Islam, Jawa, Hindu, dan Cina bisa ditemukan jejaknya pada tata bangunan masjid berusia ratusan tahun tersebut.

Peneliti dari Universitas Diponegoro dalam jurnal “Akulturasi Budaya pada Bangunan Masjid Gedhe Mataram Yogyakarta” (2017) mengatakan pengaruh budaya Hindu terlihat kental pada bagian luar kompleks Masjid Gedhe Mataram. Pengunjung akan melihat gerbang masjid berbentuk gapura layaknya yang ada pada candi. Dinding pagar yang mengelilingi masjid, di sisi lain, juga berhiaskan relief candi.

Selain itu, terdapat juga tempat pemandian yang dilengkapi dengan gapura di dalam kompleks masjid. Dinding makam keluarga besar trah raja-raja pun berhiaskan ornamen seperti di candi.

4. Mengadopsi budaya Jawa dan Islam

Menelusuri Kisah Masjid Agung Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakartaantaranews.com

Di samping budaya Hindu, Masjid Gedhe Mataram juga menyerap budaya Jawa dan Islam. Bangunan yang bercirikan budaya Jawa dalam hal ini adalah pacaosan yang biasanya digunakan sebagai ruang tunggu ketika ada kegiatan di masjid. Dalam tata ruang Jawa, pacaosan merupakan tempat seseorang menunggu jika ingin masuk ke ruang raja. Selain itu, tata ruang di luar Masjid Agung Kotagede pun menyerupai pola kerajaan Islam Jawa di mana ada halaman yang menyerupai alun-alun lengkap dengan pohon beringin.

5. Atap mirip pagoda Cina

Menelusuri Kisah Masjid Agung Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakartaantaranews.com

Terakhir, unsur budaya Cina seperti atap berbentuk tajug bersusun tiga yang menyerupai pagoda, pembuatan pondasi dari batu alam, dan penggunaan dinding batu bata tampak pada Masjid Agung Kotagede. Pengaruh ini tidak terlepas dari sejarah orang Cina yang datang ke Nusantara untuk berdagang dan kejayaan Kerajaan Mataram Islam. Oleh karena Kerajaan Mataram Islam mengalahkan banyak kerajaan di pesisir yang menjadi tempat tinggal orang Cina, teknologi membangun masjid pun juga diterapkan saat mendirikan Masjid Agung Kotagede.

Baca Juga: Belajar Toleran dari Masjid Lautze Bandung Selama Ramadan

Topik:

  • Febriana Sintasari

Berita Terkini Lainnya