Kesultanan Kadriyah Pontianak, Penjaga Budaya Kerajaan Islam di Kalbar

Jadi daya tarik wisata sejarah di Pontianak

Sejarah Yogyakarta tak bisa dilepaskan dari histori Kasultanan Yogyakarta. Kisah keduanya berkelindan satu sama lain sehingga menciptakan cerita asal-usul serta berkembangnya wilayah yang kini dikenal dengan sebutan Kota Pelajar ini.

Hal yang sama juga terjadi di provinsi seberang pulau, yaitu Kalimantan Barat. Di sana berdiri Kesultanan Kadriyah Pontianak yang sejarahnya bersinggungan dengan asal mula berdirinya Kota Pontianak.

1. Bermula dari ulama asal Yaman

Kesultanan Kadriyah Pontianak, Penjaga Budaya Kerajaan Islam di KalbarIDN Times/Nindias Khalika

Sekretaris Pribadi Sultan Mas Pangeran Panji Muhamad Doni Iswara mengatakan Kasultanan Kadriyah Pontianak didirikan oleh seorang putra ulama asal Hadramaut, Yaman bernama Syarif Abdurrahman Alkadrie.

“Dulu ada perintah dari Kekhalifahan Utsmaniyah kepada ulama yang berasal dari Hadramaut, Yaman untuk melakukan muhibah ke negeri yang jauh. Salah satu ulama yang melakukan itu adalah Habib Husein Jamalullail yang merupakan ayah dari Syarif Abdurrahman Alkadrie," katanya.

2. Diminta membangun kerajaan

Kesultanan Kadriyah Pontianak, Penjaga Budaya Kerajaan Islam di KalbarIDN Times/Nindias Khalika

Tak hanya sang ayah, Syarif Abdurrahman Alkadrie pun diperintahkan oleh Kekhalifahan Utsmaniyah buat menyebarkan agama Islam di tempat ia tinggal. Ia kemudian diminta supaya mendirikan kerajaan dan menjadi seorang raja.

“Itu tahun 1771. Selang beberapa tahun, Raja Syarif Abdurrahman Alkadrie baru dinobatkan sebagai raja. Ia pun menjadi Sultan Kesultanan Kadriyah Pontianak yang pertama,” jelasnya.

Baca Juga: Tugu Khatulistiwa, Penanda Batas Lintang Bumi di Kota Pontianak

3. Berpengaruh secara kultural

Kesultanan Kadriyah Pontianak, Penjaga Budaya Kerajaan Islam di KalbarIDN Times/Nindias Khalika

Kini, raja yang memimpin adalah Sultan Syarif Macmud Melvin Alkadrie. Ia ditahbiskan sebagai Sultan Pontianak ke-9, menggantikan sang ayah yang telah meninggal tahun 2017. Menurut Doni Iswara, Sultan Pontianak tidak memiliki fungsi atau tugas politik seperti halnya Sultan di Yogyakarta.

“Tapi, satu bulan dua kali kami ada kegiatan coffee morning bareng dengan stakeholder di Kalimantan Barat seperti Gubernur, Wali kota, Kapolda, dan lain-lain. Di sana kami sharing informasi antara Kesultanan Pontinaka dan pemerintah sekarang terkait masyarakat Pontianak maupun Kalbar. Apa yang tidak mampu mereka tidak mampu atasi kami selesaikan. Apa yang kita tidak bisa mereka yang fasilitasi,” terangnya.

4. Menjadi pelestari kegiatan budaya

Kesultanan Kadriyah Pontianak, Penjaga Budaya Kerajaan Islam di KalbarIDN Times/Nindias Khalika

Doni Iswara menerangkan bahwa Kesultanan Kadriyah Pontianak kini menjadi pelestari kegiatan budaya seperti Maulid Nabi yang bisa dilaksanakan selama dua bulan lamanya.

“Kesultanan ini merupakan kesultanan Islam bukan kesultanan suku. Jadi apapun yang dilaksanakan pada masa lalu sejak kasultanan ini berdiri dengan hari ini sama. Shalawatan di sini itu kegiatan adat, budaya, bukan ritual keagamaan. Shalawatan ini biasanya di selenggarakan saat Maulid Nabi selama dua bulan lamanya,” ucapnya.

Selain peringatan hari lahir nabi, ia mengatakan bahwa peringatan hari Isra Mikraj, Nuzulul Qur’an, serta Tahun Baru Islam juga dilakukan oleh Kasultanan Kadriyah Pontianak.

“Dulu sultan bertugas menyebarkan agama Islam. Sekarang, kami hanya melestarikannya saja. Kecuali jika memang ada yang meminta untuk diajarkan,” katanya.

5. Tinggal di Keraton

Kesultanan Kadriyah Pontianak, Penjaga Budaya Kerajaan Islam di KalbarIDN Times/Nindias Khalika

Dulu, sultan dan keluarganya tinggal di Keraton Kadriyah yang terletak dekat dengan Sungai Kapuas dan Sungai Landak. Doni Iswara luas tempat tinggal ini jika digabung dengan Masjid Jami Pontianak mencapai empat hektar.

Berbeda dengan zaman dahulu, raja beserta keluarga kini menggunakan bangunan di belakang keraton untuk tempat tinggal. Keraton Kadriyah Pontianak kini difungsikan sebagai destinasi wisata yang bisa menerima kunjungan lebih dari 1.000 orang per bulan. Ia buka dari pukul 8 pagi hingga 3 sore.

Itulah sedikit sejarah tentang Kasultanan Kadriyah di Pontianak, Kalimantan Barat. Apakah kamu tertarik untuk main ke sana?

Baca Juga: Mengenal Bregada, Pasukan Prajurit Kraton Yogyakarta

Topik:

  • Paulus Risang
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya