Suka Duka di Balik Asiknya Gowes Kereta Hias Alun-alun Kidul

Badan sehat, hati senang

Kota Yogyakarta, IDN Times - Alun-alun Kidul saat senja tampak temaram, hanya lampu jalan berwarna kuning menyinari tanah lapang yang mulai ramai dengan suara penjual jagung bakar dan ronde.

Saat jam menunjukkan pukul 18.30, Alkid sebutan lain dari Alun-alun Kidul mulai dipenuhi dengan lampu berwarna-warni dari kereta hias. Berbagai bentuk kereta hias mulai bermunculan seakan menyapa wisatawan. Dentuman musik keras yang berasal dari kereta hias Alun-Alun Kidul.

Baca Juga: Menelusuri Kisah Masjid Agung Kotagede, Masjid Tertua di Yogyakarta

1. Ada 104 pemilik kereta hias di Alun-alun Selatan

Suka Duka di Balik Asiknya Gowes Kereta Hias Alun-alun KidulIDN Times/Nindias Khalika

Di sudut timur tempat kereta hias parkir di Alun-alun Selatan, Wawan menawari pengunjung yang lewat untuk naik wahana berbentuk mobil Roll Royce yang dibawanya. Sehari-hari Wawan bertugas menjajakan kereta hias. Meski agak sepi, Wawan tetap menjajakan jasa menaiki kereta hias ke siapapun yang lewat. “Mari mas, mbak, naik kereta hias, mari,” katanya agak berteriak.

Wawan mengatakan saat ini ada 104 kereta hias di Alun-alun Kidul tapi tak semua beroperasi. “Ada yang rusak, ada yang enggak ada yang ngejalanin. Jadi enggak semua jalan tapi yang terdaftar dalam kelompok kereta hias Alun-alun Selatan ada 104,” katanya.

Ia menjelaskan setiap kereta dimiliki oleh satu orang. Sang pemilik ini seringnya tidak langsung turun menjajakan kereta hias melainkan menyerahkannya kepada seseorang yang disebut tukang jaga. Wawan adalah salah satu dari banyak tukang jaga kereta hias di Alun-alun Selatan.

“Saya sudah dua tahun menjadi tukang jaga kereta hias. Saya bekerja di sini karena kakak saya punya kerja sama dengan pemilik kereta hias ini. Kakak saya adalah pemilik lahan tempat parkir kereta hias ini jadi supaya sama-sama bisa memantau penghasilan, saya diminta jaga,” jelasnya.

2. Kereta hias Alun-alun Kidul mulai muncul tahun 2013

Suka Duka di Balik Asiknya Gowes Kereta Hias Alun-alun KidulIDN Times/Nindias Khalika

Kereta hias, menurut Wawan, ada di Alun-alun Kidul sejak tahun 2013. Penciptanya adalah kusir andong yang kemudian beralih profesi menjadi tukang becak.

“Pelakunya mereka-mereka juga. Mereka itu ingin mengubah wahana agar kapasitas bisa lebih banyak. Lalu muncul kereta hias, dulu masih pakai kerangka besi. Berhubung malam kan pakai lampu. Kerangka besi itu ada bengkelnya tapi kalau sekarang sudah produksi pabrikan kereta hiasnya,” ujarnya.

Wawan mengatakan kereta hias produksi pabrik memiliki banyak variasi tipe dan harga. Untuk menarik minat pengunjung, kereta hias lantas diberi sentuhan musik dan berbagai macam hiasan berbahan polikarbonat yang dibuat sendiri. Setiap hari, ia mesti menyetrum aki dan membawa aki cadangan agar lampu dan musik kereta hias dapat menyala.

Baca Juga: Instagramable Abis! 10 Potret Cantik Rumah Teletubbies di Yogyakarta

3. Aturan memakai kereta hias

Suka Duka di Balik Asiknya Gowes Kereta Hias Alun-alun KidulIDN Times/Nindias Khalika

Setiap ada pengunjung yang menggunakan kereta hias yang ia jaga, Wawan tak menerapkan aturan yang ketat. “Transaksinya satu putaran tapi bisa lebih, secapeknya. Hanya kalau sampai berhenti terus makan tidak boleh. Kalau jalannya pelan boleh. Terus kalau berhenti dan foto-foto tak dilarang,” katanya.

Dari segi harga, seluruh kereta hias dipatok dengan harga serupa sesuai dengan kesepakatan kelompok. “Sekali naik variasi dari Rp30 ribu dan maksimal tidak boleh lebih dari Rp100 ribu. Itu harga berbeda karena tergantung situasi. Jadi kalau liburan bisa sampai Rp50 ribu maksimal Rp100 ribu. Tapi hari-hari biasa antara Senin sampai Kamis itu Rp30 ribu sampai Rp50 ribu,” terangnya.

4. Suka duka menjaga kereta hias

Suka Duka di Balik Asiknya Gowes Kereta Hias Alun-alun KidulIDN Times/Nindias Khalika

Hari libur nasional adalah waktu di mana Wawan bisa memperoleh penghasilan banyak dari kereta hias. Di saat-saat seperti itu, pengunjung akan antri demi bisa menaiki kereta hias sebanyak 10 hingga 15 kali.

“Dukanya kalau situasi hujan. Sepi. Istilahnya, ya, datang bawa kereta. Pulang juga hanya bawa kereta saja tanpa pendapatan. Saat puasa ada sih tapi sedikit. Dari 100 persen hanya 15 persen pendapatannya,” ucapnya.

Dari seluruh penghasilan yang didapat, sekitar 25 persen atau 30 persen menjadi milik si penjaga kereta hias. Jika ia bekerja hingga jam 11 malam lebih maka pendapatannya dibagi dua dengan pemilik kereta hias.

“Kalau 25 persen ada uang makan Rp 20 ribu. Tapi kalau yang 35 persen gak dapat uang makan. Masing-masing bos punya kesepakatan dengan karyawannya,” katanya.

5. Magnet wisatawan domestik dan mancanegara

Suka Duka di Balik Asiknya Gowes Kereta Hias Alun-alun KidulIDN Times/Nindias Khalika

Selain tradisi Masangin, kereta hias kini menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan domestik

Salah satu pelancong asal luar negeri yang tertarik mencicipi wahana ini adalah Vita. Perempuan berusia 29 tahun ini dan teman-temannya merasa ketagihan mengendarai kereta hias,  bahkan mereka naik hingga dua kali putaran.

“Rasanya menyenangkan. Wahana ini cocok untuk anak muda karena kami harus bergerak,” katanya sambil tertawa lebar.

Vita mengatakan bahwa ia sebelumnya tak mengetahui bahwa ada kereta ini di Yogyakarta. “Kami baru sampai dari Malaysia tadi sore. Supir kami cerita soal kereta hias lalu kami ingin mencoba. Karena ini pengalaman pertama ke Yogyakarta, kami ingin mencoba semua, termasuk kereta hias. Ternyata menarik dan menyenangkan,” ujarnya.

Kamu sudah pernah naik kereta hias di Alkid? Kalau sudah bisa komentar di bawah, ya...

Baca Juga: 5 Objek Wisata Taman di Yogyakarta yang Cocok untuk Tamasya Keluarga

Topik:

  • Febriana Sintasari
  • Yogie Fadila
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya