Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pembukaan pameran "Two Nations: A Friendship is Born" di Museum Benteng Vredeburg (IDN Times/Dyar Ayu)
Pembukaan pameran "Two Nations: A Friendship is Born" di Museum Benteng Vredeburg (IDN Times/Dyar Ayu)

Intinya sih...

  • Pameran persahabatan Indonesia-Australia di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta

  • Kedubes Australia dan Museum Benteng Vredeburg bekerja sama dalam pameran "Two Nations: A Friendship is Born" yang menampilkan kisah solidaritas dan diplomasi kedua negara.

  • Kisah patriotik antara Indonesia dan Australia pada masa awal kemerdekaan terungkap dalam pameran ini, diharapkan masyarakat bisa memahami persahabatan erat kedua negara.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Kota Yogyakarta, IDN Times - Tambah satu lagi alasan untuk berkunjung ke Yogyakarta! Pameran persahabatan Australia-Indonesia resmi dibuka di Museum Benteng Vredeburg, Yogyakarta, pada Selasa (12/8/2025). Mengusung judul "Two Nations: A Friendship is Born", pameran ini menampilkan kisah erat hubungan kedua negara.

Acara ini diluncurkan untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia dan diresmikan langsung oleh Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier. Dari pameran ini, pengunjung bisa melihat bagaimana hubungan Indonesia dan Australia telah terjalin sejak sebelum Indonesia merdeka.

1. Kali kedua antara Kedubes Australia dengan Yogyakarta menggelar pameran

Pembukaan pameran "Two Nations: A Friendship is Born" di Museum Benteng Vredeburg (IDN Times/Dyar Ayu)

Pameran ini merupakan hasil kolaborasi Kedutaan Besar Australia dengan Museum Benteng Vredeburg yang berada di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya, Kementerian Kebudayaan RI. Dikurasi oleh Australian National Maritime Museum, pameran "Two Nations: A Friendship is Born" menampilkan dukungan Australia terhadap Indonesia melalui foto, sketsa, dan surat-surat resmi.

Dari deretan karya tersebut, pengunjung bisa menemukan kisah solidaritas, diplomasi, dan persahabatan antara dua negara bertetangga ini. Agus Sulistya, penanggung jawab Museum Benteng Vredeburg, menyambut hangat acara tersebut. Ia mengingatkan bahwa ini bukan pertama kalinya kedua pihak berkolaborasi.

“Pada tahun 2015, Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia pernah mengadakan pameran berjudul Black Armada, dan mendapat sambutan hangat dari masyarakat Yogyakarta,” ujarnya. Agus menambahkan, selain pameran, nantinya juga akan ada masterclass yang diikuti museum mitra.

Senada dengan Agus, Duta Besar Australia untuk Indonesia, Rod Brazier, mengaku senang bisa membuka pameran ini secara langsung. “Banyak kisah penting yang menjadi bagian sejarah kedua negara kita tersaji di sini. Pameran ini menceritakan hubungan antar masyarakat yang sudah terjalin sejak sebelum kemerdekaan Indonesia,” tuturnya. Ia juga menekankan bahwa Australia termasuk negara paling awal dan terkuat dalam mendukung kemerdekaan Indonesia.

2. Kisah patriotik dalam pameran

Pembukaan pameran "Two Nations: A Friendship is Born" di Museum Benteng Vredeburg (IDN Times/Dyar Ayu)

Ada banyak kisah menarik hubungan Indonesia dan Australia pada masa awal kemerdekaan yang terungkap dalam pembukaan pameran ini. Salah satunya, ketika Presiden Soekarno meminta Australia mewakili Indonesia dalam sejumlah diskusi di PBB. Tak hanya itu, masyarakat Australia juga pernah melakukan gerakan dukungan berupa blokade “Armada Hitam” terhadap kapal Belanda, yang dilakukan oleh para pekerja dan pihak negara tersebut.

“Semua kisah ini bisa Anda lihat di pameran yang kami buka hari ini. Pameran ini juga menunjukkan betapa pentingnya Yogyakarta bagi hubungan Indonesia dan Australia. Seperti kisah Molly Bondan, penulis asal Australia yang terbang ke Yogyakarta pada 1947,” kata Rod Brazier.

Molly Bondan—penulis asal Australia yang menikah dengan orang Indonesia, Mohammad Bondan—kemudian mendedikasikan hidupnya untuk kemerdekaan Indonesia. Mulai dari menyiarkan kabar tersebut dalam berita berbahasa Inggris untuk Kementerian Luar Negeri di Jakarta, hingga menyusun banyak pidato berbahasa Inggris Presiden Soekarno pada 1961–1965.

Pameran ini juga memperkenalkan sosok Tom Critchley, diplomat Australia yang menjadi peletak dasar hubungan kedua negara. Atas jasanya, ia diangkat sebagai anggota Komite Jasa Baik PBB pada 1947. Setahun kemudian, pada 1948, Critchley bertemu langsung dengan Presiden Soekarno di Yogyakarta, dan dokumentasi momen bersejarah itu dapat disaksikan di pameran ini.

3. Diharapkan masyarakat bisa memahami persahabatan erat antara Indoneska-Australia

Pembukaan pameran "Two Nations: A Friendship is Born" di Museum Benteng Vredeburg (IDN Times/Dyar Ayu)

Bukan tanpa alasan pameran "Two Nations: A Friendship is Born" digelar di Yogyakarta. Rod Brazier menyebut ada dua alasan utama, yaitu karena Yogyakarta pernah menjadi ibu kota pertama Indonesia pada masa perjuangan, serta agar Kedutaan Besar Australia bisa lebih mengenal daerah lain di Indonesia selain Jakarta.

“Mudah-mudahan para tamu yang melihat pameran ini jadi lebih mengerti tentang sejarah panjang dan erat antara Indonesia dan Australia pada masa perjuangan kemerdekaan,” ujar Rod Brazier.

Pameran ini dapat dikunjungi hingga 10 September 2025, dengan penjelasan tersedia dalam dua bahasa, yaitu Indonesia dan Inggris. Dengan begitu, siapa pun bisa datang dan memahami pesan yang tersirat di balik "Two Nations: A Friendship is Born".

Editorial Team