Fakta Masjid Gedhe Mataram Kotagede, Masjid Tertua di Jogja

- Masjid Gedhe Mataram Kotagede adalah peninggalan Kerajaan Mataram Islam dan masjid tertua di Yogyakarta, berdiri sejak akhir abad ke-16.
- Bangunan masjid ini merupakan akulturasi empat budaya, yaitu Jawa, Islam, Budha, dan Hindu, terlihat dari ornamen gapura dan atapnya.
- Keberadaan Masjid Gedhe Mataram Kotagede menjadi bagian dari kesatuan tata ruang kota atau catur gatra serta dimiliki oleh Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta.
Sebagai salah satu kerajaan terbesar yang pernah ada di Nusantara dan menganut agama Islam, ada berbagai peninggalan Kerajaan Mataram Islam yang terdiri dari rumah ibadah. Salah satunya yang ikonik adalah Masjid Gedhe Mataram Kotagede.
Bukan sekadar bangunan peninggalan sejarah, Masjid Gedhe Mataram Kotagede memiliki berbagai fakta seru yang bisa kamu kulik. Mulai dari sejarah pembangunan sampai kepemilikannya yang belum banyak diketahui secara umum.
1. Sudah ada sejak abad ke-16 dan pernah terbakar

Masjid Gedhe Mataram Kotagede berlokasi di area komplek makam raja-raja dan pemandian Sendang Seliran. Tidak ada informasi pasti mengenai tahun pembangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede ini.
Meski begitu, mengutip jurnal ilmiah dari Silviana, Nanda, "Makna dan Fungsi Arsitektur Masjid Gedhe Mataram Kotagede." Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, (2017:5), masjid tersebut sudah ada sejak masa pemerintahan Ki Ageng Pemanahan yang tak lain adalah murid Sunan Kalijaga, yakni berkisar pada akhir abad ke-16 yang awalnya adalah sebuah langgar kecil.
Selanjutnya di masa Panembahan Senopati, bangunan langgar tersebut dipindah dan diganti oleh cungkup makam di mana di lokasi yang tidak jauh dari cungkup tersebut, didirikan sebuah masjid yang kelak adalah cikal bakal berdirinya Masjid Gedhe Mataram Kotagede sekaligus masjid tertua di Yogyakarta.
Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan DIY, di tahun 1919 M masjid ini pernah mengalami kebakaran yang membuatnya harus diperbaiki dan selesai di tahun 1923 M.
2. Arsitekturnya merupakan akulturasi dari empat budaya

Bangunan Masjid Gedhe Mataram Kotagede adalah akulturasi antara empat budaya, yakni Jawa, Islam, Budha dan Hindu. Ornamen yang erat akan budaya Hindu dan Budha dapat dilihat dari gapura yang terbuat dari batu bata dan berbentuk paduraksa.
Dalam jurnal Silviana disebutkan, pada puncak gapura tersebut terdapat bentuk 'Kala' yaitu wajah raksasa dengan mata membelalak, hidung lebar dan mulut terbuka lebar. Bangunan gapura paduraksa semacam ini lazim dijumpai pada pintu masuk sebuah candi sebagai bangunan suci dan sakral agama Hindu-Budha.
Sedangkan implementasi budaya Jawa tradisional dapat dilihat dari bangunan masjidnya. Seperti yang tertulis dalam Dinas Kebudayaan DIY bahwa atap masjid memakai model tajug bersusun tiga pada ruang utama dan limasan pada serambi. Ditambah ruang utama, serambi, pawestren atau tempat ibadah bagi jamaah perempuan, tempat wudu, dan kolam kecil yang khas masjid Jawa kuno.
3. Bagian dari catur gatra Keraton Mataram Islam

Keberadaan Masjid Gedhe Mataram Kotagede menjadi bagian dari kesatuan tata ruang kota atau yang disebut catur gatra. Dalam catur gatra terdapat empat elemen-elemen penting yang ada dalam unsur integral sebuah ibukota.
Ya, dulunya Kotagede adalah ibukota bagi Kerajaan Mataram Islam yang didapat oleh Ki Ageng Pemanahan dari membuka lahan hutan sampai akhirnya dipindahkan Sultan Agung ke Kerto yang jaraknya kurang lebih 4,5 km dari Kotagede.
Nah, elemen tersebut diwakilkan oleh empat bangunan. Pertama adalah keraton dan kepatihan yang melambangkan politik, keagamaan dari masjid, ekonomi dari adanya pasar, dan sosial adalah alun-alun. Selain itu, tujuan dibangunnya masjid adalah untuk penyebaran agama Islam yang mana di waktu tersebut banyak masyarakat yang masih memegang kepercayaan animisme dan dinamisme.
4. Dimiliki oleh dua keraton

Kepemilikan Masjid Gedhe Mataram Kotagede ternyata dipegang oleh Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta. Dikutip dari laman Dinas Kebudayaan DIY, masjid ini awalnya dikelola oleh Abdi Dalem kedua kerajaan.
Namun di tahun 1990, pengelolaannya diserahkan kepada Yogyakarta khususnya tokoh-tokoh sekitar masjid oleh Gusti Doyo Kusumo. Selanjutnya pada tahun 2011, Masjid Gedhe Mataram Kotagede mendapatkan penghargaan Pelestarian Cagar Budaya, lho.
Siapa nih yang sudah pernah ke Masjid Gedhe Mataram Kotagede tapi baru tahu tentang fakta-faktanya barusan? Menarik dan menambah pengetahuan kan? Jadi saat berkunjung yang selanjutnya, kamu bisa lebih menikmati dan memahami keberadaannya sebagai salah satu bangunan dan saksi sejarah dari masa ke masa!