Ilustrasi tradisi labuhan Keraton Yogyakarta. (IDN Times/Daruwaskita)
Setelah didoakan, salah satu ubarampe yang berisi lorodan ageman (pakaian bekas Sultan), kenaka (potongan kuku), serta rikma (potongan rambut) selama setahun dikubur di sudut cepuri sambil menabur bunga dan membakar dupa.
Sisa ubarampe berupa sembilan kain dengan corak dan warna khusus, uang tindhih lima ratus, minyak koyoh, dupa, serta layon sekar (sejumlah bunga yang sudah layu dan kering, bekas sesajen pusaka keraton selama setahun), dan jajanan pasar yang ditempatkan pada 3 ancak dilabuh.
"Upacara ini dapat dimaknai sebagai bentuk syukur kepada Tuhan YME karena keselamatan yang telah diterima rakyat Ngayogyakarta. Juga untuk memohon kepada Tuhan YME agar sultan, keraton, rakyat Yogyakarta diberi keselamatan, ketenteraman, dan kesejahteraan hidup," ungkapnya.