Potret Puro Pakualaman, Jogja (IDN Times/Dyar Ayu)
Mendengar namanya, mungkin akan terbayang sebuah wilayah yang berada di ketinggian. Benar sih, tapi juga kurang tepat. Mengutip laman Kalurahan Gunungketur, daerah ini merupakan sebuah kawasan perkampungan yang awalnya merupakan sebuah gumuk atau pegunungan kecil yang ditumbuhi berbagai macam tumbuh tumbuhan. Di tempat itulah kemudian dibangun Ndalem Nototarunan pada 1811 yang dari sana akan tampak sebuah gunung hijau jika melihat ke timur.
Dalam perkembangannya, gunung itu kini telah beralih fungsi menjadi kawasan perumahan pangeran dan perumahan penduduk. Di antaranya adalah Ndalem Notonegaran, Banaran, Suryoprataman, Brotodiningratan, Kemayoran, Jayaningprangan, dan lain-lain.
Dari sumber yang sama juga dijelaskan bahwa Gunungketur berasal dari dua kata, yaitu Gunung dan Ketur. Nah, gunung sendiri merupakan permukaan tanah atau bumi yang besar dan menjulang tinggi yang dilihat dari jauh seperti bentuk kerucut. Hal ini dapat merupakan simbol tempat yang ditinggikan.
Sedangkan ketur memiliki beberapa makna, yaitu:
Menurut Kamus Jawa Kuno halaman 494; yang ditulis oleh P,J, Zoetmulder bekerja sama dengan O. Robson, yang diterbitkan oleh Penerbit Gramedia Pustaka Utama Jakarta; mengandung pengertian instrumen musik dari tipe perkusi seperti gong kecil. Pada zaman dulu, alat musik ini dipergunakan sebagai alat komunikasi oleh penguasa untuk mengumpulkan rakyat, ponggawa dan lainnya untuk menyebarluaskan informasi, perintah atau pengumuman.
Ketur juga bisa berarti nama burung yang jenisnya bisa terbang jauh, dapat berkicau dan menyebarkan bibit tanaman ke segala penjuru. Dan dapat diibaratkan bahwa burung ini sebagai sesosok atau ulama yang menyebarkan luaskan ajaran yang adi luhung dan suci tersebut.
Terakhir, ketur memiliki arti sebagai paidon (KBBI) atau tempat pembuangan. Hal ini mengingatkan ketika BPH Notokusmo dan putranya RT Notoningrat dibuang keluar istana dan mendirikan rumah ini ketika dituduh oleh Patih Danurejo II dan Van Braam mendalangi pemberontakan bupati Madiun, Raden Rangga.
Dapat disimpulkan nama Gunungketur dimaksudkan agar masyarakat senantiasa menjunjung tinggi ajaran kehidupan yang adiluhung, tentang causa prima, sangkan paraning dumadi, dan menjalankan ibadah sesuai peran dan ajaran agama yang dianut. Saat ini, Gunungketur telah dijadikan nama wilayah kalurahan, tepatnya di Kemantren Pakualaman, Kota Yogyakarta dengan meliputi tiga Kampung yaitu Kampung Gunungketur, Kampung Kauman dan Kampung Margoyasan.