Formasi Nanggulan Eosen Kalibawang, Sedimentasi Batuan Purba di Jogja

- Formasi Nanggulan terbentuk pada zaman Eosen, sekitar 56-34 juta tahun yang lalu sebagai bagian dari kala Paleogen
- Lapisan batuan di Formasi Nanggulan menunjukkan pola perlapisan yang menandakan proses sedimentasi yang berlangsung dalam waktu lama dan bertahap
- Formasi Nanggulan ditetapkan sebagai salah satu Geopark Nasional Jogja pada 7 Mei 2025, menjadi bagian dari geowisata edukatif yang mempertemukan sains, budaya, dan konservasi
Formasi Nanggulan Eosen Kalibawang merupakan salah satu situs geologi yang menjadi saksi terbentuknya daratan di wilayah Kulon Progo Yogyakarta yang dulunya adalah dasar laut. Secara geologis, situs ini adalah satuan batuan sedimen yang terbentuk melalui proses pengendapan jutaan tahun lalu di zaman Eosen, menyimpan jejak fosil dan batuan yang menguak sejarah kehidupan lampau.
Melalui ulasan di bawah ini, kita akan belajar geologi sambil menyelami proses panjang yang membentuk rupa bumi yang sekarang kita pijak, dan menyadari bahwa setiap jengkal tanah memiliki cerita ilmiah yang luar biasa.
1.Sejarah Geologi Formasi Nanggulan

Berdasarkan jurnal prosiding berjudul ‘Endapan Batubara Paleogen Formasi Nanggulan Kulonprogo-Yogyakarta: Kajian Geologi Batubara dan Fasies Batubara’, Formasi Nanggulan terbentuk pada zaman Eosen, yang merupakan bagian dari kala Paleogen sekitar 56–34 juta tahun yang lalu.
Pada akhir Eosen, terjadi transgesi laut (kenaikan muka air laut) yang menyebabkan terbentuknya endapan material laut seperti pasir, lumpur, dan sisa makhluk hidup pada wilayah yang dulunya adalah dasar laut dangkal. Endapan ini kemudian terakumulasi dan membentuk satuan batuan yang kini dikenal sebagai Formasi Nanggulan.
Secara geologis, Formasi Nanggulan juga merupakan satuan batuan tertua yang tersingkap di wilayah Kulon Progo, menjadikannya penting untuk pemahaman sejarah geologi regional Yogyakarta dan sekitarnya.
2. Sedimentasi Penyusun Formasi Nanggulan

Melansir GeoHeritage, lapisan batuan di daerah ini terdiri dari campuran batu pasir, batu lempung dengan bongkahan besi (limonit), batu lanau, dan napal berwarna cokelat, yang semuanya menunjukkan pola perlapisan, menandakan proses sedimentasi yang berlangsung dalam waktu lama dan bertahap.
Batu pasir dan napal di Formasi Nanggulan mengandung fosil foraminifera, yaitu mikroorganisme laut bersel satu yang memiliki cangkang dari kalsium karbonat. Kehadiran fosil ini juga membantu para ahli dalam menentukan umur batuan serta merekonstruksi kondisi lingkungan purba.
Di antara lapisan tersebut, terdapat juga sisipan lignit (batu bara muda) berwarna hitam dengan ketebalan sekitar 0,5 hingga 1 meter, yang terlihat memiliki struktur berlapis dan padat. Kehadiran lignit menunjukkan bahwa pada saat tertentu, lingkungan pengendapan berubah menjadi rawa-rawa yang kaya akan vegetasi.
3. Ditetapkan sebagai Geopark Nasional

Keunikan geologis dan nilai edukatif dari Formasi Nanggulan menjadikannya terpilih sebagai salah satu warisan geologi berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No: 13.K/HK.01/MEM.G/2021.
Terbaru, berdasarkan pada SK Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 171.K/GL.01/MEM.G/2025 tentang Penetapan Taman Bumi (Geopark) Nasional Jogja, pada 7 Mei 2025, Formasi Nanggulan ditetapkan sebagai salah satu Terdapat 15 situs warisan geologi yang ditetapkan sebagai Geopark Nasional Jogja.
Kini, melalui pengelolaan partisipatif bersama masyarakat, akademisi, dan pemerintah, Formasi Nanggulan dikembangkan sebagai bagian dari geowisata edukatif yang mempertemukan sains, budaya, dan konservasi dalam satu lanskap. Geowisata ini terletak di Klepu, Banjararum, Kec. Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Formasi Nanggulan Eosen Kalibawang bukan sekadar tumpukan batuan tanpa makna, tetapi jendela menuju kehidupan masa lalu bumi. Ia menyimpan kisah tentang bagaimana daratan ini terbentuk dari lautan. Melalui aktivitas konservasi dan edukasi, kita tak hanya menjaga warisan geologi, tetapi juga membuka ruang belajar tentang bumi yang terus berubah.