situs warungboto (instagram.com/yatscolony)
Menurut laman Balai Pelestarian Cagar Budaya Provinsi DIY, keberadaan Situs Warungboto tidak lepas dari adanya Perjanjian Giyanti yang memisahkan Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Sultan Hamengku Buwono I membangun kerajaannya dari nol, mulai dari keraton, benteng, sampai taman sebagai sarana prasarananya. Termasuk pesanggrahan sebagai tempat peristirahatan keluarga keraton yakni Pesanggrahan Ambarketawang, Pesanggrahan Tamansari, dan Pesanggrahan Krapyak.
Begitu juga dengan Sri Sultan Hamengku Buwono II yang sejak naik takhta sebagai putra makhota, ia gemar membangun berbagai pesanggrahan sampai disebut sebagai “Raja pembangunan pesanggrahan”. Dan semasa ia menjadi putra mahkota (1765 M–1792 M), beberapa pesanggrahan yang dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono II yaitu Pesanggrahan Pelem Sewu, Reja Kusuma, Purwareja, dan Rejawinangun.
Mengutip dari laman Jogja Cagar, Pesanggrahan Rejawinangun adalah sebutan awal dari Situs Warungboto. Bukan tanpa alasan disebut sebagai Pesanggrahan Rejowinangun, hal ini tertuang pada salah satu tembang macapat yang bercerita tentang Sultan Hamengku Buwono II yang menyebutkan Pesanggrahan Warungboto sebagai Pesanggrahan Rejowinangun.