4 Macam Labuhan Keraton Jogja, Digelar di Pantai sampai Gunung

Diharapkan bisa menghanyutkan sifat buruk dan membawa berkat

Sebagai daerah yang masih menjunjung budaya dan kebiasaan yang ditinggalkan leluhur, Keraton Jogja hingga kini masih menggelar berbagai upacara adat. Bukan hanya sekadar menurunkan tradisi, tapi upacara-upacara ini memiliki makna dan harapan baik bagi masyarakat Jogja juga Indonesia. Salah satunya adalah upacara labuhan.

Dilansir laman Keraton Jogja, labuhan berasal dari kata 'labuh' yang artinya membuang, meletakkan, atau menghanyutkan benda-benda tertentu sebagai simbol membuang sifat buruk. Labuhan tak diadakan keraton, melainkan di tempat istimewa atau yang disebut petilasan, mulai dari di gunung sampai pantai. Nah, ini dia beberapa upacara labuhan yang digelar oleh Keraton Yogyakarta.

1. Labuhan Parangkusumo

4 Macam Labuhan Keraton Jogja, Digelar di Pantai sampai GunungLabuhan Parangkusumo (kratonjogja.id)

Selama ini Pantai Parangkusumo terkenal dengan keindahan laut dan gumuk pasirnya. Namun di pantai ini juga rutin dilakukan labuhan bahkan dulunya menjadi lokasi Panembahan Senopati untuk bertapa. Konon tujuan Panembahan Senopati dalam bertapa bukan hanya untuk merenungkan diri dan mohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa agar dapat menjadi pemimpin yang baik, tapi juga meminta dukungan dari Kanjeng Ratu Kidul.

Menurut laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Panembahan Senopati memiliki perjanjian dengan Kanjeng Ratu Kidul agar bersedia membantu dirinya membangun sebuah kerajaan dengan imbalan akan memberi persembahan yang diwujudkan dalam bentuk upacara labuhan. Dan meski Panembahan Senopati telah wafat dan digantikan dengan penerus-penerusnya, tradisi Labuhan Parangkusumo tersebut tetap dilaksanakan.

Dipercaya jika upacara ini ditiadakan, Kanjeng Ratu Kidul akan marah dan menyebabkan malapetaka besar. Sedangkan jika labuhan tersebut tetap dilanjutkan, apa pun permintaan raja Mataram akan dikabulkan. Karenanya labuhan tersebut tetap dilaksanakan sampai detik ini meski kerajaan Mataram telah terbagi menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta.

2. Labuhan Merapi

4 Macam Labuhan Keraton Jogja, Digelar di Pantai sampai GunungLabuhan Merapi (mediacenter.slemankab.go.id)

Labuhan Merapi dilaksanakan setiap 30 Rejeb dalam rangka peringatan penobatan Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai Sultan Yogyakarta. Gunung Merapi dipilih sebagai salah satu lokasi labuhan karena dianggap sebagai lokasi penting berdirinya Kerajaan Mataram.

Menurut laman Keraton Jogja, di tahun 1586, kondisi politis antara Kerajaan Pajang dan Mataram memanas karena pertumbuhan Kerajaan Mataram yang melesat di mana masa itu sebagai wilayah otonom yang berada di bawah kerajaan Pajang. Di bawah kepemimpinan Sultan Hadiwijaya, Kerajaan Pajang memerangi Kerajaan Mataram dengan niatan melemahkan. Namun siapa sangka, saat pasukan Pajang menyerbu Mataram bertepatan dengan meletusnya Gunung Merapi yang menyebabkan hancurnya perkemahan pasukan Pajang di wilayah Prambanan.

Sedangkan dari laman Dinas Kebudayaan DIY, Labuhan Merapi dimulai dengan mengarak gunungan dan uborampenya dari Kantor Kecamatan Cangkringan menuju Petilasan Rumah Mbah Maridjan. Selanjutnya iring-iringan tersebut akan diserahkan secara seremonial oleh Camat Cangkringan dan diterima Juru Kunci Merapi. Baru dari sana akan dibawa menuju Gunung Merapi dan ditutup dengan pembagian nasi berkat kepada masyarakat.

Baca Juga: Fakta Situs Warungboto, Tempat Istirahat Keluarga Keraton di Masa Lalu

3. Labuhan Lawu

4 Macam Labuhan Keraton Jogja, Digelar di Pantai sampai GunungLabuhan Lawu (kratonjogja.id)

Jenis labuhan yang dilakukan oleh Keraton Jogja berikutnya adalah Labuhan Lawu di Gunung Lawu. Meskipun secara administrasi Gunung Lawu tidak berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, tapi ada alasan mendalam di balik pemilihan gunung tersebut sebagai lokasi labuhan.

Dari laman Keraton Jogja, diketahui bahwa Gunung Lawu dipercaya sebagai tempat pengasingan Prabu Brawijaya V dari Kerajaan Majapahit. Di tahun 1478, saat itu Kerajaan Majapahit diserang oleh Girindrawardhana dari Kerajaan Kaling yang mana tentara Majapahit tidak bisa menghalaunya dan memutuskan untuk menyingkir ke Gunung Lawu dan hidup bertapa hingga bergelar Sunan Lawu.

Prabu Brawijaya V adalah leluhur dari pendiri kerajaan Mataram dan Keraton Yogyakarta sehingga labuhan tersebut menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur.

4. Labuhan Dlepih Khayangan

4 Macam Labuhan Keraton Jogja, Digelar di Pantai sampai GunungLabuhan Dlepih Khayangan (kratonjogja.id)

Satu lagi labuhan Keraton Jogja yang dilakukan di luar Jogja, yakni Labuhan Dlepih Khayangan yang terletak di kecamatan Tirtamaya, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Pemilihan tempat tersebut karena dipercaya sebagai tempat bertapa oleh Panembahan Senopati sebelum membangun kerajaan dan pemerintahan yang kuat.

Tidak sampai di situ, tempat tersebut juga digunakan untuk bertapa raja-raja Mataram dan raja Kasultanan Yogyakarta, yakni Sultan Agung Hanyakrakusumo dan Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan Hamengku Buwono I.

Namun yang membedakan dengan labuhan lain adalah waktu pengadaannya yang hanya dilaksanakan delapan tahun sekali pada tahun Dal atau setiap sewindu penobatan Sultan sehingga digolongkan sebagai labuhan ageng. Sedangkan labuhan yang diadakan secara rutin tiap tahun digolongkan dalam labuhan alit.

Baca Juga: Mengenal 6 Jenis Gunungan yang Muncul di Prosesi Garebeg Keraton Jogja

Topik:

  • Paulus Risang
  • Mayang Ulfah Narimanda

Berita Terkini Lainnya