Fakta Benteng Keraton Jogja, Awalnya Dibangun dari Gelondong Kayu

Masyarakat dulu menyebutnya sebagai baluwarti

Intinya Sih...

  • Benteng Keraton Jogja merupakan bangunan perlindungan utama dari serangan musuh.
  • Benteng dulu disebut baluwarti, serapan bahasa Portugis yakni baluarte yang artinya benteng.
  • Pembangunan benteng awalnya terbuat dari gelondong kayu yang diperkuat dan dilengkapi dengan jagang atau parit.
  • Desain benteng yang dirancang oleh Pangeran Mangkubumi berbeda dengan desain milik benteng-benteng kerajaan Mataram Islam sebelumnya.

Keberadaan benteng dalam sebuah kerajaan tak bisa dipisahkan, tak terkecuali dengan Benteng Keraton Jogja. Benteng menjadi perlindungan utama dari serangan musuh dan dibangun tidak hanya tinggi, tapi juga tebal dan kokoh.

Benteng tidak hanya mengelilingi kedhaton, tapi juga tempat tinggal kerabat Sultan, hingga permukiman abdi dalem atau yang kini areanya disebut Jeron Beteng. Nah, supaya makin tahu bahwa benteng Keraton Jogja bukan hanya sekadar bangunan, yuk, simak ulasan lengkapnya di bawah ini!

1. Kata benteng yang merupakan serapan kata Bahasa Portugis

Fakta Benteng Keraton Jogja, Awalnya Dibangun dari Gelondong Kayupotret benteng baluwarti (kebudayaan.jogjakota.go.id)

Pernah penasaran gak, kenapa benteng disebut 'benteng'? Menurut laman Kraton Jogja, benteng dalam keraton awalnya disebut dengan baluwarti. Baluwarti adalah serapan kata dalam bahasa Portugis, yakni baluarte yang artinya benteng.

Anggapan bahwa penyebutan baluwarti memiliki kesamaan bunyi dengan kata baluarte ini semakin dikuatkan dengan tahun pembangunannya yang sama Tamansari. Dan kedua bangunan tersebut dibangun oleh oleh seorang arsitek berkebangsaan Portugis, lho!

2. Bentuk awal benteng keraton yang terbuat dari gelondong kayu

Fakta Benteng Keraton Jogja, Awalnya Dibangun dari Gelondong Kayupotret benteng Keraton Jogja (jogjaprov.go.id)

Benteng Keraton Jogja tak serta merta berbentuk seperti sekarang. Awalnya, benteng dibuat dari jajaran dolog atau gelondong kayu yang kemudian diperkuat sampai memiliki ketebalan dua batu (setara lebar 55 cm) dan longkangan selebar 2,4 meter yang diurug menggunakan tanah hasil galian jagang (parit) setinggi 3,7 meter dari permukaan tanah awal.

Tujuan dari pemberian longkangan benteng tersebut untuk digunakan sebagai pelataran bagian dalam di mana prajurit dapat berjaga. Sedangkan pada sisi luar, terdapat parit yang dalam atau disebut jagang, diberi pagar bata dengan tinggi satu meter, dan ditanami pohon gayam sebagai peneduh.

Baca Juga: 4 Macam Labuhan Keraton Jogja, Digelar di Pantai sampai Gunung

3. Adanya lima pintu masuk dengan namanya masing-masing

Fakta Benteng Keraton Jogja, Awalnya Dibangun dari Gelondong Kayupotret benteng Keraton Jogja (kratonjogja.id)

Dilansir laman Kraton Jogja, desain benteng yang dirancang oleh Pangeran Mangkubumi berbeda dengan desain milik benteng-benteng kerajaan Mataram Islam sebelumnya. Pangeran Mangkubumi belajar dari jatuhnya ibukota Mataram-Kartasura ke tangan pemberontak saat peristiwa Geger Pacina atau Perang Cina di tahun 1740-1743.

Hanya terdapat lima gerbang sebagai sarana keluar masuk benteng Keraton Jogja. Sedangkan pintu dalam Keraton Kartasura yang memiliki jumlah yang banyak dan tersebar di mana-mana sehingga dengan mudah dimasuki musuh.

Nah, untuk pintu dari benteng Keraton Jogja ini disebut dengan plengkung karena bagian atas pintu yang bentuknya melengkung sehingga dinamai plengkung. Tiap plengkung terdapat jembatan gantung yang dapat ditarik ke atas sehingga kondisinya tertutup dan jalan ke dalam benteng terhalang jagang.

Awalnya kelima plengkung dibuka dari pukul 06.00-18.00 tapi kemudian dilonggarkan menjadi pukul 05.00-20.00 dan jam buka tutupnya ditandai dengan bunyi genderang dan terompet dari prajurit di Kemagangan. Masing-masing pintu memiliki nama, yakni:

  • Plengkung Tarunasura atau Plengkung Wijilan di sebelah timur laut
  • Plengkung Jagasura atau Plengkung Ngasem di sebelah barat laut
  • Plengkung Jagabaya atau Plengkung Tamansari di sebelah barat
  • Plengkung Nirbaya atau Plengkung Gadhing di sebelah selatan
  • Plengkung Madyasura atau Plengkung Gondomanan di sebelah timur.

4. Banyak bagian benteng yang rusak dan jadi permukiman

Fakta Benteng Keraton Jogja, Awalnya Dibangun dari Gelondong Kayupotret benteng baluwarti (kebudayaan.jogjakota.go.id)

Di masa sekarang ini, kamu memang tak bisa lagi melihat jagang yang tersisa sebab sebagian besar benteng telah tertutup permukiman. Tidak ada informasi lengkap mengenai mulai kapan bagian dari benteng menjadi permukiman. Namun menurut laman Kraton Jogja, ada dua peristiwa besar yang bisa dijadikan acuan yakni saat pendudukan Jepang tahun 1942-1945 dan gempa bumi tahun 1867.

Gempa bumi tahun 1867 membuat kerusakan cukup parah di kota Yogyakarta hingga banyak rumah rusak parah, termasuk milik para abdi dalem. Dengan rasa kemanusiaan, Sri Sultan Hamengkubuwono VI mengizinkan abdi dalem untuk menempati ruang terbuka di sisi-sisi benteng dan reruntuhan Tamansari sebagai tempat tinggal sementara. Dan dari kebijakan tersebut berlanjut sampai dengan keturunan-keturunan dari abdi dalem yang bersangkutan.

Tak jauh berbeda dengan saat pendudukan Jepang. Rakyat ketakutan akan perilaku penjajah hingga mencari perlindungan. Di saat itu Sri Sultan Hamengku Buwono IX memutuskan untuk menampung dan membiarkan mereka tinggal di dalam dan sekitar benteng bahkan sampai masa pendudukan Jepang berakhir.

Sayang, seiring berkembangnya waktu justru banyak rumah menempel benteng, mengeruk dinding benteng agar mereka memiliki ruang yang lebih luas, hingga menjebol tembok benteng untuk akses keluar-masuk. Tak cuma membuat benteng rusak, tapi bagian-bagian tertentu bahkan tak terlihat sisanya dan tertutup permukiman.

Dari lima plengkung kini hanya dua yang tampak utuh melengkung, yakni Plengkung Wijilan dan Plengkung Gadhing. Dan dalam laman Kraton Jogja juga dijelaskan bahwa bangunan Tulak Bala yang utuh yaitu Pojok Beteng Wetan, Pojok Beteng Kulon, dan Pojok Beteng Lor. Sedangkan sisa tembok benteng yang utuh adalah dari Plengkung Gading ke timur sampai dengan Pojok Beteng Wetan.

Baca Juga: Fakta dan Sejarah Selokan Mataram, Kanal Air untuk Hindari Romusha

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya