Batugamping Eosen, Geopark Nasional Berumur Jutaan Tahun di Sleman

- Geopark Nasional Jogja ditetapkan melalui SK Menteri ESDM No. 171.K/GL.01/MEM.G/2025 pada 7 Mei 2025
- Batugamping Eosen merupakan warisan geologi di Geopark Nasional Jogja, memiliki sejarah penggalian batugamping dan sifat kimia serta umur batuan yang unik
- Batugamping Eosen juga memiliki warisan budaya, seperti upacara adat Saparan Bekakak yang rutin diadakan setiap hari Jumat bulan Sapar
Melalui SK Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 171.K/GL.01/MEM.G/2025 pada 7 Mei 2025, sejumlah situs warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan keragaman budaya telah ditetapkan menjadi Geopark Nasional Jogja.
Situs Batugamping Eosen merupakan salah satu dari warisan geologi yang ditetapkan menjadi Geopark Nasional. Situs ini terletak di Kalurahan Ambarketawang, Kapanewon Gamping, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Batugamping Eosen menyimpan sejarah, fakta sains, dan nilai budaya yang menarik. Penasaran? Ulasan di bawah ini akan membantu kamu memahami Batugamping Eosen lebih mendalam!
1.Sejarah Batugamping Eosen

Pada tahun 1833, dilakukan penggalian besar-besaran batugamping di Gunung Gamping yang saat itu masih eksis. Kapur yang didapatkan dari hasil penggalian Gunung Gamping digunakan untuk membangun Kota Jogja dan bahan pemurnian gula.
Secara sains, batu gamping atau batu kapur adalah istilah untuk batuan yang mengandung senyawa kalsium karbonat (CaCO₃) mencapai 95%. Jenis batuan ini memiliki banyak fungsi, seperti sebagai bahan konstruksi bangunan, bahan penjernihan air dan bahkan dapat digunakan dalam penelitian medis.
Penggalian besar-besaran tersebut membuat Gunung Gamping musnah, hanya menyisakan bongkahan batu gamping setinggi 10 m pada tahun 1950. Sisa bongkahan batu gamping tersebut yang saat ini dikenal dengan Batugamping Eosen.
2.Peninggalan berumur puluhan juta tahun

Menurut Prof. Gerth (1929) dan Purnamaningsih (1972), pada sampel batu gamping ditemukan fosil-fosil binatang laut dari jenis Goraminifera. Berdasarkan temuan tersebut, kedua ilmuwan menyimpulkan bahwa batuan gamping ini terbentuk pada zaman eosen, yaitu zaman Kenozoikum, sekitar 57–35 juta tahun yang lalu.
Sementara itu, di Selatan Batugamping Eosen terdapat formasi batuan yang diperkirakan berumur miosen–pliosen. Zaman miosen–pliosen lebih muda daripada eosen.
3.Tak hanya warisan geologi, tapi juga warisan budaya

Selain punya fakta geologi yang unik, Batugamping Eosen juga punya warisan budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini. Upacara Saparan Bekakak, adalah sebuah upacara adat yang rutin diadakan pada setiap hari Jumat, bulan Sapar antara tanggal 10-20 kalender Jawa.
Upacara bekakak ini bermula pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Saat itu, sedang dilakukan penambangan batu gamping untuk membangun Kraton Yogyakarta. Dalam sebuah pertapaan, Sri Sultan HB I mendapat petuah dari Nyai Poleng, penunggu Gunung Gamping.
Sang Nyai meminta sepasang pengantin untuk ditumbalkan. Jika tidak dipenuhi, maka pekerja yang sedang menambang di daerah Gunung Gamping akan menjadi tumbal pengganti.
Pada hari Jumat bertepatan dengan bulan purnama, terjadi musibah longsor di Gunung Gamping yang menewaskan seorang abdi dalem bernama Ki Wirasuta beserta keluarganya dan jasadnya tidak ditemukan. Kejadian naas ini menimbulkan spekulasi bahwa jiwa dan raga Ki Wirasuta masih tertinggal di sekitar kawasan Gunung Gamping.
Sri Sultan HB I akhirnya mengadakan tradisi penyembelihan bekakak. Untuk mengelabui setan yang ada di gunung, Sultan menggunakan sepasang boneka pengantin yang terbuat dari tepung ketan dan sirup gula merah untuk disembelih.
Sejak saat itu, tradisi penyembelihan bekakak menjadi ritual yang dilestarikan setiap hari Jumat bulan Sapar.
Batugamping Eosen yang saat ini menjadi salah satu Geopark Nasional Jogja ternyata merupakan sisa bongkahan gamping dari Gunung Gamping yang telah ditambang untuk Pembangunan kota. Menariknya, kawasan ini juga punya warisan budaya dengan cerita menarik di baliknya.