Perajin batik paku, Wistrimantoro. (IDN Times/Paulus Risang)
Teknik batik paku bukanlah teknik yang diajarkan turun-temurun, melainkan hasil inovasi dari Wistrimantono. Wistri mengatakan dirinya mulai membatik sejak tahun 90-an. Ia awalnya menggunakan canting, tetapi pada 1995 ia mulai mencoba teknik lain, yaitu menggunakan paku.
Prosesnya pun diakuinya tidak langsung jadi. Wistri perlu bereksperimen dengan teknik merebus malam demi mendapatkan hasil yang diinginkan. "Saya cari terus (teknik yang tepat) sehingga akhirnya bisa seperti sekarang ini," tuturnya.
Dalam sekali pengerjaan, Wistri biasanya membuat per 10 kain. Waktu pengerjaannya mencapai 3-4 minggu karena semua proses ia kerjakan sendiri.
"Batik paku ini prosesnya dua kali direbus. setelah dipaku, kemudian diwarna, dipaku lagi, itu terus baru digodok. Kemudian setelah kering, baru kita mulai diwarna lagi. Itu semua 6 kali (pewarnaan)," ujarnya menjelaskan tahapan pengerjaan.
Karya batik paku yang dihasilkannya mulai dari ukuran seperempat meter. Namun, ia juga bisa membuat hingga ukuran 2 meter untuk bahan pakaian sesuai pesanan.