Alun-alun Utara Yogyakarta (IDN Times/Paulus Risang)
Dilansir dari laman jogjacagar.jogjaprov.go.id, denah Alun-Alun Lor yaitu menyerupai bujur sangkar dengan ukuran kurang lebih 236 m x 225 m, sedangkan Alun-Alun Kidul berukuran 125 m x 123 m. Pada setiap alun-alun, memiliki dua buah pohon beringin berpagar atau yang disebut waringin kurung dengan nama hingga kisah yang berbeda.
Pohon beringin di Alun-Alun Lor berada di tengah lapangan. Yang berada di sebelah barat bernama Kyai Déwadaru dan di sebelah timur bernama Kyai Janadaru atau Wijayadaru. Terdapat ruang di antara kedua beringin kurung tersebut yang pada zaman dulu, dipakai untuk tindakan laku pépé atau aksi rakyat saat akan meminta pengadilan langsung kepada sultan dengan cara duduk di antara dua ringin kurung serta berpakaian mori putih. Tindakan ini juga mempunyai makna, yaitu siapa yang bersangkutan tidak terima dengan keputusan pengadilan sebelumnya.
Di satu sisi, ada beberapa ringin yang ada di Alun-alun Kidul. Ringin yang berada di tengah namanya supit urang, sedangkan yang terletak di ujung utara jalan menuju Plengkung Gading diberi nama Wok dari asal kata Bréwok.
Nah, yang unik dari beringin kembar di tengah Alun-alun Kidul adalah adanya kepercayaan seputar tradisi yang disebut masangin. Barang siapa, yang bisa melewati beringin kembar tersebut dengan mata tertutup, hajatnya akan terkabul dalam waktu dekat.