TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tugu Golong-Gilig, Cikal Bakal Tugu Putih yang Jadi Ikon Yogyakarta 

Tugu ini dibangun saat zaman Sri Sultan HB I

IDN Times/Paulus Risang

Tugu Pal Putih termasuk dalam daftar tempat yang menjadi ikon Yogyakarta. Bangunan ini terletak di Kota Yogyakarta, tepatnya di tengah persimpangan Jalan Pangeran Mangkubumi, Jalan AM. Sangaji, Jalan Pangeran Diponegoro, dan Jalan Jenderal Sudirman.

Oleh karena dikenal sebagai ikon wisata, banyak orang yang berswafoto saat sore atau malam hari di sana. Tak hanya saat liburan, pelancong juga datang di hari biasa demi bisa mengabadikan momen dengan latar belakang tugu Golong-gilig yang bersejarah itu.

1. Dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I

kratonjogja.id

Tugu Pal Putih, menurut Lutse Lambert Daniel Morin dalam buku Problematika Tugu Yogyakarta dari Aspek Fungsi dan Makna (2014), dibangun oleh Pangeran Mangkubumi yang kemudian bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I pada tahun 1756.

Bangunan ini menjadi salah satu lambang garis imajiner yang menghubungkan laut selatan, Panggung Krapyak, Keraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi. Dalam filosofi Jawa, kelima lokasi ini menjadi simbol tentang proses kehidupan manusia sejak lahir hingga meninggal.

Baca Juga: Asal-Usul Nama Yogyakarta Menurut Pakar Sejarah dan Bahasa

2. Dahulu bernama Tugu Golong-Gilig

IDN Times/Paulus Risang

Pada saat dibangun tahun 1756, Tugu Pal Putih bernama Tugu Golong-Gilig. Nama ini diambil dari bentuk tugu yang bagian tiang dan puncaknya berbentuk silinder (gilig) serta bundar (golong).

Tinggi Tugu Golong-Gilig dahulu mencapai 25 meter dan minim hiasan kecuali garis mendatar yang dibuat menonjol di bagian tengah-bawah. Lutse Lambert Daniel Morin mengatakan tugu ini mengusung nilai manunggaling kawula lan Gusti atau menyatunya antara rakyat dengan raja dan Tuhannya untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan.

3. Dibangun kembali karena rusak akibat gempa

www.kratonjogja.id/

Tugu Golong-Gilig lantas mengalami perubahan nama setelah gempa melanda Yogyakarta dan membuatnya rusak pada tahun 1867. Musibah itu terjadi pada pagi hari dan kejadiannya tertulis di candra sengkala atau catatan sejumlah kata yang berarti angka tahun.

Pendirian tugu kemudian dilakukan oleh Kepala Dinas Pekerjaan Umum Belanda JWS van Brussel di bawah pengawasan Pepatih Dalem Kanjeng Raden Adipati Danurejo V. Tugu Golong-Gilig kemudian diganti namanya oleh Belanda menjadi De Witte Paal (Tugu Putih) dan diresmikan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono VII tahun 1889.

4. Mengalami perubahan bentuk

unsplash.com/Carolus Abi

Selain nama, bentuk tugu juga diubah sehingga berbeda dari semula. Keraton Yogyakarta melalui laman resminya menjelaskan bahwa tugu yang baru berbentuk persegi dan berujung lancip alih-alih berbentuk golong dan gilig. Tingginya pun menyusut dari 25 meter menjadi 15 meter.

Perubahan ini dinilai merupakan usaha Belanda untuk melenyapkan simbol kebersamaan raja dan rakyat yang dilambangkan oleh bentuk Tugu Golong-Gilig.  

Baca Juga: 4 Tempat Wisata di Kota Yogya ini Bisa Dilakoni dengan Jalan Kaki

Berita Terkini Lainnya