TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Selokan Van Der Wijck, Pusat Irigasi Sawah di Sleman yang Memesona

Warga setempat menyebutnya sebagai Bok Renteng

Selokan Van Der Wijck atau bpk renteng di Sleman. IDN Times/Febriana Sinta

Sleman, IDN Times - Biasanya kita mendengar nama Van Der Wijck, lekat dengan sejarah sebuah kapal uap dari Belanda yang karam di daerah Lamongan. Nah, di Kabupaten Sleman, terdapat bangunan dengan nama yang sama, menyerupai sebuah jembatan besar yang merupakan saluran irigasi. 

Baca Juga: Desa Wisata Gamplong, Lokasi Syuting Bumi Manusia yang Instagramable 

1. Van Der Wijck secara resmi menjadi bangunan cagar budaya pada 11 November 2008

Selokan Van Der Wijck atau bpk renteng di Sleman. IDN Times/Febriana Sinta

Selokan Van Der Wijck berhulu di Bendungan Karang Talun yang berada di Sungai Progo, Desa Bligo, Kecamatan Ngluwar Kabupaten Magelang. Panjang hulu hingga hilir di daerah Sedayu Bantul kurang lebih 35 kilometer. Selokan Van Der Wijck secara resmi menjadi bangunan cagar budaya pada 11 November 2008. 

Saluran irigasi ini memiliki ketinggian sekitar 4 meter di atas permukaan tanah, dengan lebar 2,5 meter dengan kedalaman hingga 3 meter. Bangunan ini disebut sebagai Kanal Van Der Wick yang membentang sepanjang 17 kilometer.

Van Der Wijck diambil dari nama seorang Gubernur Jenderal Hindia Belanda dari tahun 1893 hingga 1899 dengan nama lengkap Carel Herman Aart van der Wijck.

2. Van Der Wijck memenuhi kebutuhan air 20 ribu hektare sawah di Minggiran dan sekitarnya

Aliran selokan Mataram di Kapanewon Minggir, Sleman. IDN Times / Febriana Sinta

Kanal atau selokan ini berada di ujung barat Kabupaten Sleman, yang jauh dari hiruk pikuk dan polusi perkotaan. Wilayahnya masih didominasi area persawahan pedesaan. Wilayah ini menjadi salah satu lumbung padi di Sleman.

Dilansir dari website budaya.jogjaprov.go.id,  Kapanewon Minggir memiliki infrastruktur irigasi yang mumpuni untuk mengatur air bagi persawahan yang luas di daerah ini. Infrastruktur irigasi yang bagus tidak terlepas dari letak geografisnya yang berada tidak jauh dari Sungai Progo. Selokan Van Der Wijck memenuhi kebutuhan air 20 ribu hektare sawah di Minggiran dan sekitarnya.

3. Warga setempat menyebutnya sebagai Bok Renteng

Selokan Van Der Wijck atau bpk renteng di Sleman. IDN Times/Febriana Sinta

Daerah ini juga merupakan salah satu daerah yang dijadikan pusat perkebunan tebu pada masa Sri Sultan HB VIII, sehingga mendapat prioritas dialiri irigasi sehingga kelimpahan air pun masih terjaga hingga sekarang. Infrastruktur irigasi yang melekat dengan daerah ini tentu saja berkat keberadaan Selokan Van Der Wijck atau sering dinamakan Bok Renteng , yang artinya saluran air yang panjang. 

Hal yang menarik dari Selokan Van Der Wijck, konstruksi bangunannya memakai teknologi gravitasi bumi. Bangunannya dibuat lebih tinggi dari jalan dan area persawahan di sekitarnya. Saluran ini dibuat seolah jembatan bagi aliran air di bagian atas dan bagian bawahnya sebagai terowongan untuk dilewati kendaraan.

4. Selokan Van Der Wijck dijadikan sumber energi terbarukan

Selokan Van Der Wijck atau bpk renteng di Sleman. IDN Times/Febriana Sinta

Pembangunan Selokan Van Der Wijck pada awalnya sebagai saluran irigasi perkebunan tebu wilayah Minggir, Moyudan hingga Sedayu. Selokan ini menjadi salah satu referensi penggunaan teknologi gravitasi bumi dalam perancangan bangunan irigasi, sehingga tidak ada penggunaan teknologi mesin.

Selain dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, Selokan Van Der Wijck dijadikan sumber energi terbarukan. Meskipun energi yang dihasilkan belum optimal, pemanfaatan potensi saluran irigasi Selokan Van Der Wijck sebagai energi terbarukan telah dikonversikan menjadi Pembangkit Tenaga Listrik Mikrohidro (PLTM) di daerah Krasak Tempel Sleman. PLTM Talang Krasak, sejak tahun 1994 menyuplai kebutuhan listrik masyarakat di sekitarnya, dan sebagian wilayah Muntilan, Jawa Tengah.

Berita Terkini Lainnya