Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Masjid Gedhe Kauman Jogja (commons.wikimedia.org/Aisha Tanduk)

Intinya sih...

  • Atap bertumpang tiga, simbol menuju Sang Pencipta: atap masjid menggambarkan perjalanan spiritual seseorang dari bawah ke atas.
  • Serambi yang cukup luas dan terbuka: ruang peralihan menenangkan untuk mempersiapkan diri sebelum beribadah.
  • Pada satu sisi dinding masjid terdapat tiga pintu berjajar: simbol banyak jalur kebaikan yang bermuara pada satu tujuan, mendekat pada-Nya.

Jalan-jalan ke Jogja, mampirlah ke alun-alun Utara. Tengok sebelah barat, ada bangunan megah yang berstatus cagar budaya, Masjid Gedhe Kauman. Dilansir laman Jogjacagar, artefak yang dibangun pada 29 Mei 1773 M ini merupakan masjid Keprabon, yaitu masjid utama milik Keraton Jogja.

Yang menarik, gaya arsitekturnya beda dari masjid yang biasa dilihat, gak mengusung gaya Timur Tengah, tapi penuh dengan sentuhan khas Jawa. Perpaduan budaya Mataram, Hindu-Budha, dan Islam nampak dalam setiap sudut bangunan.

Membahas masjid Gedhe Kauman Jogja gak sebatas keindahan, sebab dari bentuk dan struktur bangunannya juga mengandung makna perihal spiritualitas dalam ibadah. Berikut penjelasan lebih lanjut.

1. Makna dari bentuk bagian-bagian artefaknya

konstruksi tiang Masjid Gedhe Kauman Jogja (jogjacagar.jogjaprov.go.id/masjid kauman)

Tak hanya bangunan bersejarah, tapi juga menjadi penerang kehidupan ketika mempelajari setiap sudut ruangnya. Berikut satu per satu bagian bangunan dan makna di baliknya, menurut Itsnataini R. dan Ady T. L. dalam jurnal Semiotika pada Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta dalam Sejarah Seni Rupa Islam.

1. Atap bertumpang tiga, simbol menuju Sang Pencipta

Atap masjid bentuknya gak biasa, tersusun dari tiga tingkat yang semakin ke atas, semakin mengecil. Ini menggambarkan perjalanan spiritual seseorang, dari bawah yang banyak godaan, naik menuju kedekatan dengan Sang Pencipta.

2. Serambi yang cukup luas dan terbuka

Ibarat ruang peralihan, tempat ini menenangkan, memasuki ruang tersebut jamaah bisa mempersiapkan diri secara batin sebelum masuk ke ruangan inti untuk beribadah. Dengan begitu, saat memulai ibadah keadaan diri sudah mampu berfokus.

3. Pada satu sisi dinding masjid terdapat tiga pintu berjajar

Jumlah ini sebagai simbol bahwa menuju sesuatu seperti ibadah, hal-hal yang bersifat ketuhanan itu ada banyak caranya. Banyak jalur kebaikan yang semua bermuara pada satu tujuan, mendekat pada-Nya.

4. Tiang-tiang saling terhubung, simbol kekuatan dalam kebersamaan

Pada bangunan terdapat tiang-tiang penopang yang saling berhubungan. Jumlah tiang di ruang utama sebanyak 36, tersusun dalam enam kolom, dan enam baris, ini merepresentasikan rukun Iman. Ketika semua rukun tersebut terhubung, mampu menciptakan keharmonisan.

5. Gerbang dua tahap, proses menuju kesucian

Untuk masuk ke masjid akan melewati dua gerbang dan satu pintu. Hal ini menyampaikan pesan bahwa menuju suci, itu ada proses, tahapan-tahapan, dan kesiapan yang perlu dijalani.

6. Jam di gapura, pengingat waktu akan pelaksanaan kewajiban

Kalau diperhatikan lagi, pada gapuranya terdapat jam dinding. Jam tersebut bukan sekadar dekorasi, tapi menjadi pengingat waktu, dalam hal ini kewajiban solat. Lalu, sekeliling jam dinding juga dihiasi ornamen khas yang merepresentasikan Keraton Jogja.

2. Visual mengerucut ke atas, mendekat ke inti spiritual

bagian gapura dan atap masjid (jogjacagar.jogjaprov.go.id/masjid kauman)

Ketika mengamatinya dari kejauhan, masjid Gedhe Kauman Jogja, bentuknya terlihat bertingkat. Mulai dari pelataran, serambi, hingga ruang utama, susunannya membentuk tingkatan. Bahkan, pada atapnya dibuat bertumpang tiga, semakin naik semakin kecil.

Makna dari setiap bentuk bagian bangunannya selaras dengan fungsi dari masjid itu sendiri, menyuguhkan keindahan visual yang menggambarkan petunjuk arah menuju inti yaitu Tuhan. Bangunan ini mengajak untuk terus naik level, dari hanya urusan duniawi bisa melangkah ke yang lebih tinggi.

3. Ada pengalon di sisi utara

ilustrasi tradisi gunungan di Masjid Desa Kauman (jadesta.kemenparekraf.go.id/Desa Wisata kauman)

Di sisi utara masjid juga ada Pengalon. Dilansir laman Masjid Gedhe Kuaman, pengalon adalah perumahan untuk para penghulu Keraton beserta keluarganya. Sultan memberikan fasilitas rumah kepada para ulama Khotib, Muadzin, Merbot, hingga abdi dalem yang tugasnya terkait keagamaan. Perumahan tersebut berada di kompleks sekitar masjid yang disebut Pakauman, artinya tempat para Kauman. Inilah yang sekarang dikenal dengan Kampung Kauman.

Awalnya, masjid ini merupakan tempat ibadah khusus raja, keluarganya, dan para abdi dalem. Namun, seiring waktu, Masjid Gedhe Kauman berkembang sebagai tempat ibadah bagi masyarakat luas.

Sampai sekarang, masjid ini menjadi salah satu ikon religi di Jogja yang layak kamu kunjungi. Jika kamu tertarik mengunjunginya, masjid bersejarah ini berada di pusat kota Jogja, tepatnya di Jl. Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan. Lokasinya persis di sebelah barat Alun-alun Utara Keraton Jogja. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team