TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Ikan Hingga Boneka Manusia 'Terbang' di Pantai Parangkusumo

Ratusan layang-layang hiasi langit Pantai Parangkusumo‎

IDN Times/Daruwaskita

Bantul, IDN Times - Ratusan layang-layang dengan beragam bentuk dan warna menghiasi langit Pantai Parangkusumo, sekaligus menambah indah pemandangan salah satu pantai di Bumi Projotamansari ini.

Layang-layang dengan bentuk ikan, ular, panda hingga manusia tampak terbang di atas Pantai Parangkusumo untuk memeriahkan Festival Layang-Layang yang akan berlangsung selama 27-28 Juli 2019.

Baca Juga: Ajakan ke Parangtritis Viral, Ini Mitos Baju Hijau dan Ratu Kidul

1. Meski matahari mau tenggelam wisatawan tetap menikmati layang-layang‎

IDN Times/Daruwaskita

Wisatawan tak peduli dengan matahari yang nyaris tenggelam untuk tetap menikmati indahnya ratusan layang-layang 2 dimensi hingga 3 dimensi yang tampak ceria terbang di langit. Dengan tiupan angin yang cukup kencang, layang-layang hias makin gagah di angkasa.

Secara Nasional, festival ini adalah gelaran yang ke-7. Namun dalam kalender event internasional, festival ini merupakan Festival Layang-Layang Internasional yang digelar untuk ke-3 kalinya sejak tahun 2017 yang lalu.

Tercatat peserta dari Amerika Serikat, Malaysia, India, Vietnam, Thailand, Singapura, Polandia, Tiongkok, Korea, dan Taiwan turut memeriahkan langit Parangkusumo.

IDN Times/Daruwaskita

2. 54 klub layang-layang di Indonesia ikuti Festival Layang-Layang di Pantai Parangkusumo‎

IDN Times/Daruwaskita

Ketua Panitia Festival Layang-Layang, Rinardi Dewantoro mengatakan, festival kali ini berhasil menjaring lebih banyak peserta dibandingkan perhelatan tahun lalu.

"Jumlah peserta kali ini meningkat dari tahun sebelum yaitu sebanyak 34 klub layang-layang domestik dan 2 internasional di tahun 2018, maka di tahun 2019 ini terdapat 54 klub layang-layang domestik dan 11 mancanegara,"ujarnya, Sabtu (27/7).

3. Terbentur dana tak bisa datangkan klub layang-layang dari Eropa‎

IDN Times/Daruwaskita

Menurut Rinardi, layang-layang domestik masih didominasi klub dari wilayah pulau Jawa, lalu menyusul Sumatra dan Kalimantan.

"Kita sebenarnya ingin mendatangkan klub layang-layang dari Eropa namun terbentur biaya yang harus dikeluarkan karena harus menanggung tiket akomodasi hingga penginapan selama ada di Yogyakarta," katanya.

4. 54 klub layang-layang di Indonesia meriahkan Festival Layang-Layang‎

IDN Times/Daruwaskita

Rinardi menjelaskan 54 klub domestik tersebut akan mengikuti beberapa kategori lomba, diantaranya layang-layang 2 dimensi, tradisional, 3 dimensi, train naga, rokaku dan lomba umbul-umbul identitas klub.

"Sedangkan peserta dari mancanegara hanya akan mengikuti ekshibisi saja," ungkapnya.‎

Ada tiga hal yang akan dinilai dalam lomba. Pertama, seni yang meliputi bentuk, pewarnaan, dan aplikasi. Kedua, budaya – peserta harus bisa menjelaskan makna dari layang-layang dibuatnya. Dan yang ketiga, rangka layang-layang, yang meliputi pemasangan talikama atau taligoci sehingga layang-layang dapat terbang karena kuncinya di talikama.

"Sebaik apapun layang-layang kalau talikamanya tidak benar maka tidak bisa terbang," terangnya.

5. Bisa mendongkrak ekonomi masyarakat‎

IDN Times/Daruwaskita

Rinardi berharap dengan adanya festival ini muncul industri layang-layang di Indonesia. Produksi layang-layang di Indonesia masih sangat minim, padahal peminatnya cukup banyak dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

"Misalnya, negara Tiongkok yang banyak perusahaan pembuat layang-layang. Bisa memasok bahan baku pembuat layang-layang, maka harga layang-layang lebih terjangkau dan bisa menggerakkan ekonomi masyarakat untuk memproduksi layang-layang. Bahkan jika bisa untuk diekspor," tuturnya.

Baca Juga: Festival Layang-Layang Funtouristic 2019 bakal Dimeriahkan 9 Negara 

Berita Terkini Lainnya