alun-alun utara dengan 2 pohon beringin di tengahnya (kratonjogja.id)
Keraton Jogja dan bangunan-bangunan pendukungnya termasuk alun-alun utara diletakkan berdasarkan sumbu filosofis berupa garis imajiner yang membentang lurus antara Tugu Golong Giling dan Panggung Krapyak. Di tengah-tengah area dengan total seluas 90.000 m persegi ini terdapat 2 buah pohon beringin yang bernama Kiai Dewadaru dan Kiai Janadaru.
Dewadaru berasal dari 2 kata, yakni dewa yang berarti Tuhan dan ndaru yang berarti wahyu. Pohon ini diletakkan di sebelah barat garis sumbu filosofis. Pohon ini merupakan simbol yang bermakna penggambaran hubungan manusia dengan Tuhan atau konsep hablumminallah.
Sementara itu, Janadaru merupakan simbol dari penggambaran hubungan manusia dengan sesamanya atau hablumminannas. Pohon tersebut terletak di sebelah timur garis sumbu filosofis.
Berbeda dengan alun-alun pada umumnya yang permukaannya ditutupi oleh tanah atau rerumputan, seluruh permukaan alun-alun utara ditutup oleh pasir. Pasir lembut ini menggambarkan laut tak berpantai yang merupakan perwujudan dari Tuhan dengan sifat Maha Tak Terhingga.
Jika ditarik kesimpulan, makna alun-alun utara beserta kedua pohon beringin di tengahnya menggambarkan konsep ‘manunggaling kawula Gusti’, atau bersatunya rakyat dengan rajanya dan bertemunya manusia dengan Tuhannya.
Selain terdapat 2 pohon beringin di tengah-tengahnya, alun-alun utara juga dikelilingi pohon beringin berjumlah 62. Jika ditotal, terdapat 64 pohon beringin yang menggambarkan usia Nabi Muhammad SAW dalam perhitungan jawa ketika beliau wafat.