Berlangsung sekitar setengah jam, upacara Numplak Wajik diawali dengan berdoa yang dipimpin oleh Abdi Dalem Kanca Kaji. Setelahnya, Abdi Dalem Kanca Abang akan menyiapkan jodhang atau landasan gunung yang terbuat dari kayu.
Gejog lesung dengan irama lagu Tundhung Setan akan terus mengalun selama prosesi upacara berlangsung. Kemudian, sebakul wajik dituangkan pada jodhang.
Bentuknya sendiri seperti silinder setinggi pinggul orang dewasa. Lalu, rangka Gunungan Wadon dipasang dan diikat dengan erat pada pasak besi yang terdapat pada jodhang Mustaka gunungan yang sebelumnya telah dipersiapkan. Kemudian diangkat dan ditancapkan pada wajik tadi.
Jodhang tersebut diluluri dengan dlingo dan bengle oleh Abdi Dalem Keparak. Sinjang atau kain panjang songer kemudian dililitkan pada kerangka gunungan. Lilitan semekan (kain penutup dada perempuan) bangun tulak kemudian menjadi lilitan terakhir pada gunungan tersebut.
Berakhirnya upacara Numplak Wajik ini ditandai dengan berhentinya gejog lesung. Setela itu, sinjang songer dan semekan bangun tulak dilepas kembali.
Itulah beberapa fakta menarik tentang upacara adat Numplak Wajik yang dilakukan setiap kali upacara Garebeg akan dilakukan. Menarik banget, ya!