vihara karangdjati (instagram.com/viharakarangdjati)
Berdiri sejak tahun 1962, Vihara Karangdjati tekenal sebagai tempat untuk mencari ketenangan dan kedamaian hati. Tempat ini selalu ramai oleh umat Buddha yang beribadah atau umat lintas iman lainnya yang ingin bermeditasi. Biasanya didominasi oleh anak muda.
Mengutip dari laman milik Vihara Karangdjati, sebelum menjadi vihara seperti saat ini, bangunan ini sudah ada sejak zaman kolonial yang merupakan kandang sapi perah yang menghasilkan susu murni. Dulu tempat ini berada diperkebunan tebu.
Setelah masa peralihan kekuasaan dari Belanda ke pemerintah Indonesia, lahan tersebut jatuh ke tangan oleh Romo Among Pradjarto, tokoh yang disegani. Tahun 1958, Bhikkhu Jinaputta mengambil alih kandang sapi lantas dibersihkan dan ditata kembali dan dijadikan sebagai tempat untuk kegiatan keagamaan.
Bhikku Jinaputta lalu menjalankan vassa di Jogja, beliau tinggal di Cetiya Buddha Kirti yang dimiliki Tjan Tjoen Gie (Gunavarman Boediharjo) yang sewaktu itu sebagai satu-satunya tempat ibadah umat Buddha di Jogja. Atas saran dari Tjan Tjoen Gie dan Romo Among Pradjarto, Bhikku Jinaputta menempati lahan tersebut sebagai lokasi vassa. Lambat laun, orang-orang kian mengenali tempat tersebut dan datang untuk melakukan diskusi soal agama Buddha.