Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Logo PSIM Yogyakarta (psimjogja.id)
Logo PSIM Yogyakarta (psimjogja.id)

Intinya sih...

  • Adaptasi pemain Liga 2 jadi fokus utama persiapan

  • Atmosfer stadion lawan justru jadi pemacu semangat

  • Intensitas Super League jadi tantangan terbesar

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times - PSIM Jogja akan menjalani pertandingan pembuka mereka di kasta tertinggi sepak bola Indonesia, Super League 2025/26, dengan bertandang ke markas Persebaya Surabaya. Laga akan digelar Jumat (8/8/2025) pukul 19.00 WIB di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT) Surabaya.

Pertandingan ini menandai kembalinya skuad Laskar Mataram ke ajang kompetisi level tertinggi nasional. Pelatih PSIM, Jean-Paul Van Gastel, menegaskan bahwa tim telah mempersiapkan diri secara menyeluruh, terutama dalam hal adaptasi para pemain.

1. Geber pemain Liga 2 agar beradaptasi

Adaptasi pemain Liga 2 jadi fokus utama persiapan. (psimjogja.id)

Van Gastel menyoroti pentingnya proses adaptasi bagi pemain yang sebelumnya tampil di Championship (sebelumnya Liga 2). Ia menyebutkan bahwa intensitas permainan di Super League jauh berbeda, sehingga dibutuhkan kesiapan khusus.

“Progres tim yang telah dikerjakan sampai saat ini adalah membuat para pemain yang berasal dari Liga 2 untuk beradaptasi dengan intensitas yang berbeda, karena kita sudah berada di Super League,” ungkap Van Gastel.

Selain meningkatkan kebugaran fisik, staf pelatih juga melakukan analisis terhadap kekuatan lawan, termasuk Persebaya sebagai tuan rumah. “Persiapan untuk laga perdana adalah fisik, taktik, kemudian kita juga sudah menganalisa lawan. Itu akan kita terapkan dalam permainan,” terang Van Gastel dilansir laman resmi PSIM Jogja, Kamis (7/8/2025).

2. Atmosfer stadion lawan justru jadi pemacu semangat

Pelatih PSIM, Jean-Paul Van Gastel. (dok. PSIM Jogja)

Bertanding di markas Persebaya yang dikenal dengan atmosfer suporter fanatiknya tidak menjadi hal yang mengintimidasi bagi PSIM Jogja. Justru, pelatih Van Gastel menilai hal ini bisa menjadi pemacu semangat dan energi lebih bagi para pemain.

“Bagi saya, kalau bermain dengan dilihat banyak penonton akan meningkatkan semangat, memacu adrenalin juga. Saya sangat menikmati pertandingannya,” tambahnya dilansir laman resmi PSIM Jogja.

3. Intensitas Super League jadi tantangan terbesar

Pemain PSIM Jogja (psimjogja.id)

Menurut Van Gastel, perbedaan mendasar antara Super League dan Championship terletak pada intensitas permainan. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya perubahan pendekatan dalam bermain dan berpikir.

“Karena kita akan punya banyak intensitas tinggi nantinya di Super League, jadi kita akan mengubah cara bermain dan berpikirnya untuk beradaptasi di Super League,” jelas pelatih asal Belanda tersebut.

Ia menambahkan bahwa konsistensi performa dan kesiapan mental akan menjadi kunci agar PSIM Jogja bisa bersaing, bukan sekadar menjadi peserta di liga.

“Yang saya harapkan dari pemain adalah untuk bisa menjaga level intensitas di Super League, untuk tetap stabil,” pungkas Van Gastel.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team