Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Kenapa Pantai Selatan Jogja Lebih Bahaya Dibanding Pantai Utara?

Gelombang tinggi disertai angin kencang di pantai selatan Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)
Intinya sih...
  • Pantai selatan Jogja memiliki gelombang besar dan berbahaya, sering kali memakan korban jiwa.
  • Laut selatan Jawa luas dan terbuka, sehingga gelombang tidak mudah pecah dan ombaknya lebih besar.
  • Palung laut di pantai selatan Jogja menyebabkan adanya arus dalam yang kuat dan berbahaya, seperti rip current.

Yogyakarta memang dikenal dengan deretan pantai eksotis yang memanjakan mata, seperti Pantai Parangtritis, Pantai Timang, dan Pantai Glagah. Semua pantai tersebut terletak di sepanjang laut selatan yang menawarkan pemandangan luar biasa.

Namun, di balik keindahannya, ombak di pantai selatan Yogyakarta cukup besar dan berbahaya, bahkan sering kali memakan korban jiwa. Yang terbaru adalah peristiwa meninggalnya empat pelajar SMPN 7 Mojokerto, Jawa Timur, yang menjadi korban laka laut di Pantai Drini, Gunungkidul.

Pantai selatan Jogja memang berbeda dengan pantai-pantai di sisi utara Jawa yang memiliki karakteristik ombak yang lebih tenang. Lantas, kenapa pantai selatan Jogja lebih bahaya dibandingkan pantai utara Jawa? Simak penjelasannya!

1. Area pembangkit gelombang pantai selatan yang lebih luas

Ilustrasi wisatawan memadati Pantai Parangtritis, Bantul, DI Yogyakarta. (ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko)

Bicara soal perbedaan pantai selatan dan pantai utara, tak lepas menyoal gelombang. Kenapa pantai selatan lebih bahaya dibanding pantai utara? Karena pantai selatan memiliki gelombang yang lebih besar daripada pantai utara karena area pembangkit gelombang yang berbeda. Besar dan kecilnya gelombang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu durasi bertiupnya angin, kecepatan angin, dan area pembangkitan gelombang.

Mengutip dari Perbandingan Karakteristik Oseanografi Pesisir Utara Dan Selatan Pulau Jawa: Pasang-Surut, Arus, dan Gelombang yang ditulis Wahyu Budi Setyawan dan Aditya Pamungkas (2008), Laut Jawa sebelah utara memiliki karakteristik yang setengah tertutup dan relatif sempit dengan lebar sekitar 300 km dan panjang sekitar 1.000 km. Selain itu, mengutip dari laman Ilmu Geografi, secara geografis laut Jawa pun dikelilingi oleh Pulau Kalimantan dan sebagian dari Pulau Sulawesi sehingga gelombang mudah pecah terhantam daratan. 

Sementara itu, mengutip dari jurnal yang sama, laut selatan Jawa merupakan perairan terbuka berupa Samudera Hindia yang sangat luas. Semakin luas areanya, gelombang tidak mudah pecah karena terhantam dataran. Itu sebabnya, ombak di pantai selatan jauh lebih besar dan berbahaya.

2. Pantai selatan Jogja lebih dalam dan memiliki palung

IDN Times/Wayan Antara

Indikator lain kenapa pantai selatan Jogja lebih berbahaya dibanding pantai utara Jawa karena dilihat secara morfologi, laut selatan dan utara Jawa masuk dalam kategori dangkal atau landai. Meski begitu, keadaan geografis dari keduanya memiliki karakteristik yang berbeda.

Antara lain, laut selatan Jawa umumnya memiliki pasir putih yang halus, dengan gradasi air warna biru kehijauan, dan ombak tinggi. Sementara laut utara Jawa memiliki air yang cenderung keruh, berlumpur, berpasir hitam, dan arus air yang cukup tenang.

Perbedaan warna air laut tersebut disebabkan oleh kedalaman laut. Menurut laman Pusat Riset Kelautan Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan, kedalaman laut utara Jawa rata-rata antara 20-40 meter. Ditambah lagi, pantai utara Jawa kerap terjadi erosi. Berbagai materi menumpuk di dasar laut dan menyebabkannya menjadi datar.

Sementara, mengutip jurnal Mustafa dan Yudhicara berjudul Karakteristik Pantai dan Risiko Tsunami di Kawasan Pantai Selatan Yogyakarta (2007), pantai selatan Yogyakarta dari garis pantai hingga 12 mil memiliki kedalaman antara 5--350 meter. Kedalaman ini memiliki karakteristik landai pada daerah pantai dan semakin curam ke arah lepas pantai.

Yang membuat pantai selatan Yogyakarta semakin berbahaya, adalah adanya palung laut. Palung berupa cekungan yang umumnya tak tampak di permukaan, sempit, tapi sangat dalam.

Ada beberapa palung di pantai selatan Jogja. Misalnya di Pantai Parangtritis, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Baru. Palung ini memiliki arus dalam yang kuat dan berbahaya. Sehingga, sangat berbahaya ketika kamu terseret ke dalamnya.

3. Adanya fenomena rip current

Ilustrasi gelombang tinggi (Unspalsh/Annie Spratt)

Rip current atau arus balik sering kali menjadi alasan di balik hilangnya korban yang ditelan ombak, lalu baru bisa diketemukan berhari-hari berikutnya. Rip current adalah peristiwa pertemuan ombak yang sejajar dengan garis pantai, lalu menyebabkan terjadinya arus balik dengan cepat dan arus yang tinggi.

Dengan jalur aliran yang luasnya hanya 9 meter, kecepatan arus ini bisa mencapai 8 km per jam dengan jarak mencapai 700 meter. Oleh karenanya, arus balik mampu menarik tubuh manusia ke tengah laut, seolah menelannya bulat-bulat.

Menurut sejumlah penelitian, beberapa pantai selatan Jogja yang memiliki kemungkinan rip current yang ganas dibandingkan pantai lainnya. Di antaranya adalah Pantai Parangtritis, Pantai Parangkusumo, dan Pantai Glagah. 

4. Potensi tsunami dan gelombang tinggi

Ilustrasi tsunami (IDN Times/Mardya Shakti)

Masih mengutip jurnal Mustafa dan Yudhicara (2007), kawasan pantai Yogyakarta dibagi menjadi dua zona risiko tsunami menurut karakteristik pantainya. Yaitu, zona risiko tinggi yang berlokasi di sepanjang pantai mulai dari Parangendog ke arah timur hingga Pantai Sadeng. Pantai tersebut memiliki bentuk berteluk dan pantai berkantong. Di daerah ini terdapat potensi penumpukan energi gelombang tsunami yang menyebabkan gelombang tsunami berpotensi memiliki ketinggian yang cukup besar dibandingkan dengan di daerah dengan garis pantai yang lurus.

Sementara, sepanjang pantai mulai dari Parangtritis ke arah barat hingga pantai Pasir Congot merupakan zona risiko rendah. Zona kedua pantai ini meskipun terbilang landai dengan garis pantai lurus, tapi pemukiman yang dibangun pada jarak yang relatif jauh dan aman dari garis pantai. Juga, keberadaannya berada di belakang gumuk pasir yang berfungsi sebagai pelindung alami atas gelombang tsunami.

Meski begitu, gelombang tinggi kerap menjadi ancaman di pantai selatan Yogyakarta. Gelombang tinggi umum terjadi di waktu-waktu musim kemarau pada bulan Juli-Agustus yang pada saat tersebut angin timuran menguat dan dominan sehingga berdampak pada gelombang tinggi. Kecepatan angin tersebut bisa berkisar antara 5-20 knot.

Gelombang tinggi tersebut mampu mengempaskan perahu nelayan, baik yang melaut maupun yang berada di tepian pantai. Selain itu, gelombang tinggi ini juga kerap merusak bangunan yang ada di tepi pantai, di antara tempat makan seafood di Pantai Depok, Bantul. 

Sekarang sudah jelas kan, kenapa pantai selatan Jogja bisa lebih berbahaya daripada pantai utara Jawa? Ini bukan soal cerita mistis, lho, tapi ada penjelasan ilmiah di balik itu. Gelombang yang lebih besar, arus yang lebih kuat, dan kedalaman laut yang berbeda menjadi beberapa faktor penyebabnya.

Jadi, buat kamu yang ingin berlibur ke pantai selatan Jogja, jangan lupa tetap waspada ya! Selalu ikuti petunjuk dan imbauan dari petugas SAR di lokasi. Senang-senang itu penting, tapi keselamatan tetap yang utama!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mohamad Aria
Dyar Ayu
3+
Mohamad Aria
EditorMohamad Aria
Dyar Ayu
EditorDyar Ayu
Follow Us