9 Senjata Tradisional di Jogja dan Sejarahnya, Unik tapi Mematikan!

Saat main ke museum, kamu bisa melihat beraneka sebagai senjata tradisional khas Jogja. Namun tak hanya keris yang menjadi senjata tradisional di Jogja. Beberapa senjata juga digunakan untuk mempertahankan diri dan berperang melawan penjajah.
Berikut 9 sejarah senjata tradisional dari Jogja. Pasti kamu akan dibuat kagum dengan ceritanya.
1. Plintheng
Plintheng dalam bahasa Indonesia disebut dengan ketapel. Berbahan kayu, plintheng dibuat seperti huruf Y bagian yang tengahnya diikat menggunakan karet.
Plintheng memanfaatkan pegas dari karet yang ditarik mundur ke belakang. Biasanya memanfaatkan benda keras seperti batu untuk dilempar. Meski berkesan sederhana, plintheng ampuh melumpuhkan lawan karena bisa melukai dari jarak jauh.
Baca Juga: 7 Promo Buka Puasa di Hotel Jogja, Banyak Hidangan All U Can Eat
2. Thulup
Thulup memiliki bentuk seperti sedotan. Berbahan kayu, bagian tengah yang berlubang nantinya diisi dengan peluru dari tanah liat yang dibuat runcing, sehingga saat mengenai musuh, lukanya bisa dalam.
Senjata ini tak hanya digunakan di Jogja, tapi juga di Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.
3. Bandhil
Bandhil adalah senjata andalan karena bisa digunakan untuk jarak jauh dan jarak dekat. Ada 3 jenis bandhil, yaitu brubuh, jauh, dan lepas. Tali dan senjata bandhil terbuat dari besi, tapi untuk bandhil brubuh talinya terbuat dari anyaman serat yang dipilin secara ulet.
4. Canggah
Senjata tradisional dari Jogja yang gak kalah keren adalah canggah. Canggah bentuknya mirip seperti dwisula dengan dua mata tombak. Fungsi dari dua mata tombak ini adalah untuk diarahkan ke leher lawan seperti dijepit sehingga tak bisa berkutik.
Baca Juga: Kalender Event Wisata Jogja Bulan April 2022, Ada Sarkem Fest!
5. Condroso
Pada zaman dulu, perempuan juga ikut berperang. Tugasnya adalah sebagai mata-mata. Senjata yang biasanya dibawa adalah condroso. Bentuk senjata ini seperti hiasan konde tapi ketika ditusukkan pada tubuh, bisa mematikan.
6. Wedhung
Wedhung sering dianggap pisau biasa. Padahal kalau dicemati, wedhung mempunyai bentuk yang lebih besar. Cara pakainya sama seperti pisau yang diarahkan pada lawan. Biasanya wedhung akan disimpan dalam wadah kayu lalu diselipkan di samping badan.
7. Patrem
Patrem yang dalam bahasa jawa alus adalah keris dengan bilah kecil yang bentuknya bisa luris atau luk. Gendiknya pun beragam, ada naga, kikik, sampai singa. Biasanya ukuran paterm hanya berkisar 20 cm.
8. Tombak
Tombak tak bisa dihilangkan dari senjata tradisional Jogja. Di Kraton Jogja sendiri diketahui ada beragam jenis tombak dengan mata tombak yang berbeda-beda. Misalnya seperti cakra, konvensional, atau seperti kudi. Salah satu tombak yang cukup istimewa adalah tombak milik Kangjeng Kyai Ageng Pleret.
9. Keris
Keris dalam bahasa Jawa disebut dengan Tosan Aji. Kata tosan artinya besi dan aji adalah dihormati. Makanya tak sekadar senjata, tapi keris juga benda yang bernilai tinggi. Di antara keris pusaka yang dimiliki Kraton Jogja, yang menduduki level tertinggi adalah keris Kanjeng Kyai Ageng Kopek yang hanya boleh digunakan oleh sultan.
Setiap senjata tradisional di Jogja memiliki makna yang dalam. Inilah mengapa sampai saat ini senjata-senjata tersebut masih dimandikan atau dibersihkan dengan gelaran ritual. Menjadi bagian dari budaya Jogja, kita sebagai masyarakat patutnya bangga dan turut menjaga, setuju?
Baca Juga: Liburan hampir Tiba, 6 Taman Satwa di Jogja Bisa Jadi Tempat Piknikmu