Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
cuplikan Superman Returns (dok. Warner Bros./Superman Returns)

Intinya sih...

  • Superman terlalu kuat untuk dibuat menantang dalam game, karena kekuatan dan kemampuannya hampir tak terkalahkan.

  • Pada era 80-90an, game Superman minim kesan dan tidak memanfaatkan kekuatan uniknya dengan baik.

  • Game Superman belum mencapai standar setinggi Batman atau Spider-Man di era modern, namun ada harapan dengan pendekatan baru yang lebih fokus pada cerita dan eksplorasi.

Superman adalah salah satu ikon paling besar dalam sejarah budaya pop. Namun, anehnya, sang Man of Steel justru punya rekam jejak yang buruk di industri video game. Berbeda dengan Batman yang sukses lewat seri Arkham atau Spider-Man yang memukau lewat karya Insomniac, Superman belum pernah punya game yang benar-benar dianggap hebat.

Dengan film Superman (2025) arahan James Gunn yang mulai menghidupkan kembali karakter ini, muncul satu pertanyaan penting: Kenapa sampai sekarang belum ada satu pun game Superman yang benar-benar berhasil? Mari kita telusuri alasannya lewat sejarah dan tantangan unik yang dihadapi sang pahlawan super di medium game.

1. Terlalu kuat untuk dibuat menantang

Terlalu kuat, terlalu sempurna—Superman justru sulit dijadikan karakter game menantang. (dok. Warner Bros./Injustice: Gods Among Us)

Salah satu masalah terbesar saat membuat game Superman adalah ia terlalu sempurna. Ia bisa terbang, kuat, kebal serangan, punya sinar panas dari mata, dan hampir mustahil dikalahkan. Dalam game, tantangan adalah kunci agar pemain tetap tertarik. Tapi kalau tokoh utamanya hampir tak terkalahkan, di mana letak keseruannya?

Beberapa game mencoba mengakalinya dengan membatasi kekuatan Superman. Misalnya, di game Superman (1978) untuk Atari, kekuatannya bisa hilang gara-gara terkena Kryptonite dan cuma bisa kembali dengan ciuman dari Lois Lane. Ini mungkin cara yang lucu, tapi tidak membuat pemain merasa sedang mengendalikan sosok terkuat di dunia.

2. Era 80-90an: Banyak game, minim kesan

cuplikan The Death and Return of Superman (dok. Warner Bros./The Death and Return of Superman)

Di akhir 1980-an hingga 1990-an, cukup banyak game Superman yang dirilis, tapi hampir semuanya terasa generik. Game seperti The Death and Return of Superman (1994) atau Superman Arcade dari Taito hanyalah side-scroller biasa, mirip dengan game brawler lainnya.

Meski seru untuk nostalgia, game-game ini tidak pernah benar-benar memanfaatkan kekuatan unik Superman. Sebagian besar hanya membuatnya bertarung melawan musuh lemah di level dua dimensi yang repetitif. Saat karakter lain seperti Batman mulai mendapatkan game yang lebih sinematik dan kompleks, Superman malah tertahan di format jadul.

3. Superman 64: Momen paling kelam

cuplikan Superman 64 (dok. Warner Bros./Superman 64)

Kalau kamu pernah dengar soal Superman 64, kamu pasti tahu kenapa game ini masuk daftar “terburuk sepanjang masa.” Dirilis pada 1999, game ini dikenal karena kontrol yang menyebalkan, tampilan visual yang buruk, dan misi terbang lewat cincin (yes, hanya lewat cincin!) yang membosankan dan bikin frustrasi.

Menurut IGN, game ini menandai kegagalan terbesar dalam sejarah game Superman. Meskipun sempat bangkit lewat Superman: Shadow of Apokolips (2002), yang lebih mirip animasi, tetap saja game Superman belum punya standar setinggi Batman atau Spider-Man di era modern.

4. Game dengan konsep menyelamatkan, bukan menyerang

cuplikan Superman Returns (dok. Warner Bros./Superman Returns)

Beberapa pengembang mencoba arah berbeda: fokus pada misi penyelamatan alih-alih pertarungan. Seperti di Superman Returns (2006), Superman tak punya health bar, yang ada malah health bar untuk seluruh kota Metropolis. Kalau kota rusak, kamu gagal.

Secara ide ini keren, tapi praktiknya tidak. Tanpa kontrol yang presisi dan AI NPC yang cerdas, misi penyelamatan malah jadi menyebalkan. Tambah lagi, bos terakhir di Superman Returns adalah tornado. Yep, Superman versus angin puyuh. Gak heran banyak yang kecewa meskipun ide awalnya menjanjikan.

5. Harapan di masa depan: Game Superman bisa sukses kalau...

Gak harus selalu bertarung. Superman juga bisa bersinar lewat cerita dan eksplorasi. (dok. Warner Bros./Lego Dimensions)

Saat ini Superman lebih banyak muncul sebagai karakter tambahan, seperti di Injustice, LEGO Batman, atau bahkan Fortnite. Tapi pertanyaannya, haruskah game Superman selalu tentang pertarungan? Mungkin sudah saatnya mengeksplor pendekatan baru.

Dalam artikelnya, IGN menyebut bahwa solusi bisa jadi adalah fokus pada cerita dan eksplorasi, seperti Shadow of the Colossus, bukan pada pukul-pukulan semata. Bayangkan game Superman dengan boss battle berskala kaiju, atau bahkan petualangan naratif ala Telltale yang mengeksplor sisi manusiawi Clark Kent. Intinya: kekuatan Superman bukan cuma pada ototnya, tapi pada pilihan dan nilai yang ia pegang.

Superman adalah pahlawan super yang kuat, tapi justru itulah yang membuatnya sulit diadaptasi ke dalam format video game. Bagaimana caranya membuat pemain merasa tertantang, tanpa harus mengurangi kekuatannya? Sampai hari ini, pertanyaan itu belum terjawab dengan baik.

Namun dengan Superman kembali populer lewat film terbaru James Gunn, semoga ini menjadi momentum baru untuk menghidupkan kembali franchise-nya di dunia game. Mungkin butuh keberanian, pendekatan baru, dan pengembang yang benar-benar paham siapa Superman. Tapi kalau berhasil, hasilnya bisa luar biasa dan layak menyusul Batman serta Spider-Man ke puncak dunia gaming.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team