Sleman, IDN Times - Suasana di auditorium RMJT Soehakso Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM, Jumat (14/11/2025) pagi terasa agak intens. Di depan, Alexey Lukatsky, seorang pakar keamanan siber global dari Positive Technologies, tidak sedang memaparkan teori yang kaku. Ia sedang melukiskan gambaran suram tentang medan perang digital yang baru, di mana musuhnya kini memiliki 'bensin' baru: Kecerdasan Buatan atau akal imitasi (AI) generatif.
Bagi Lukatsky, AI bukan lagi sekadar alat bantu. Di tangan yang salah, ia telah menjadi hantu yang bisa berpikir, belajar, dan mengotomatisasi kejahatan dalam skala yang belum pernah terbayangkan. Lukatsky memaparkan wawasannya mengenai "Generative AI in Cybersecurity: Transforming Defense Strategies and Navigating Risks", menekankan bahwa tanpa adopsi AI dalam pertahanan siber, organisasi dan negara berisiko besar kalah dalam pertempuran digital.
"Kita menyaksikan sebuah lompatan yang mengerikan," ujar Lukatsky. "Hanya dalam satu tahun, banyak grup peretas telah berevolusi dari otomatisasi tingkat satu (level 1), sekadar minta bantuan AI, ke tingkat lima (level 5). Level lima berarti otomatisasi penuh kampanye kriminal, mulai dari pengayaan informasi target hingga eksploitasi kerentanan dan kebocoran data
