Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Masjid Al-Aqsa (commons.wikimedia.org/Ibraheem radi)

Yogyakata, IDN Times - Ramadan dan Idul Fitri tahun ini datang dalam suasana yang jauh dari ketenangan. Bagi banyak orang, bulan suci seharusnya menjadi momen refleksi dan perayaan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa. Namun, bagaimana kita merayakan kemenangan di tengah berbagai gejolak, baik di dalam negeri maupun di panggung dunia?

Presiden terpilih AS, Donald Trump (kiri), dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy (kanan). (President Of Ukraine from Україна, CC0, via Wikimedia Commons)

Di Palestina, warga Muslim bahkan harus berjuang hanya untuk bisa beribadah di Masjid Al-Aqsa. Israel memperketat akses ke tempat suci itu, membatasi hak umat Islam yang ingin menjalankan ibadah Ramadan dengan khusyuk. Sementara itu, di Amerika Serikat, perdebatan politik antara Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di televisi nasional semakin memperlihatkan bagaimana kepentingan geopolitik bisa berubah menjadi ajang saling tuding di tengah perang yang masih berlangsung.

Infografi soal dugaan intimidasi band punk Sukatani (IDN Times/Mardya Shakti)
Infografi soal dugaan intimidasi band punk Sukatani (IDN Times/Mardha Shakti)

Di Indonesia sendiri, suasana juga tak lebih cerah. Kekecewaan demi kekecewaan terus bertambah. Masyarakat dihadapkan pada berbagai isu yang membuat banyak orang merasa bahwa negeri ini sedang "gelap". Mulai dari pengekangan kebebasan berekspresiband Sukatani, pelanggaran etika akademik oleh seorang menteri yang mencoreng nama baik Universitas Indonesia, hingga dugaan korupsi Pertamina yang membuka kemungkinan bahwa BBM "mewah" itu cuma BBM subsidi tapi dibeli tanpa mengantri.

Kekecewaan lain datang dari para calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang pengangkatannya tiba-tiba ditunda, padahal banyak di antara mereka sudah keburu resign dari pekerjaan lama. Sementara itu, para anggota DPR justru membahas revisi Undang-Undang TNI di hotel mewah saat rakyat diminta berhemat. Isu Dwifungsi TNI yang dulu telah kita kubur dalam reformasi 1998 kini perlahan bangkit kembali, membuka pintu bagi masuknya militer ke ranah sipil.

Aksi demo mahasiswa ketika pengesahan revisi Undang-Undang TNI. (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Di tengah semua itu, Ramadan seharusnya menjadi pengingat bahwa ada harapan, ada doa, dan ada kekuatan untuk bertahan. Mungkin Idul Fitri kali ini bukan tentang kemenangan dalam arti yang biasa. Mungkin kali ini, kemenangan berarti sekadar bertahan, tidak menyerah pada keadaan, dan terus mencari cara untuk memperbaiki segala yang salah.

Sebagian dari kita mungkin bertanya, "Masih adakah yang bisa dirayakan?" Jawabannya ada di diri kita masing-masing. Bagi mereka yang masih bisa berkumpul dengan keluarga, ada kemenangan di sana. Bagi mereka yang masih bisa berbagi meski sedikit, ada kemenangan dalam memberi. Bagi mereka yang masih berani bersuara untuk keadilan, ada kemenangan dalam perjuangan.

Di tengah dunia yang semakin tidak baik-baik saja, Ramadan dan Idul Fitri mengingatkan kita untuk tetap menyalakan cahaya, sekecil apa pun. Karena meskipun kabut ketidakpastian masih tebal, selalu ada jalan menuju terang.

Editorial Team