Bung Tomo adalah sosok penggerak dalam Pertempuran Surabaya pada 10 November 1945. (commons.wikimedia.org/Nanyang Post, 1947)
Selain sosok personal, para pahlawan nasional yang gagasan dan perjuangannya tercatat dalam sejarah tetap menjadi inspirasi utama.
Soekarno dan Bung Hatta menjadi dua nama yang paling banyak disebut sebagai proklamator dan pemersatu bangsa. Erwina (19), mahasiswi Farmasi USU, memilih Presiden Soekarno karena "sangat berjuang dalam memproklamasikan kemerdekaan kita dan mempersatukan bangsa."
Senada dengan itu, Rizal Fadillah (28) dari Bandung juga menunjuk Ir. Soekarno. "Kenapa? Karena dialah yang... mempersatukanlah dan melahirkan negara Indonesia ini," katanya.
Sementara itu, Ibnu Choldun (22), seorang mahasiswa di Palembang, memilih Bung Hatta. Alasannya, Bung Hatta adalah "sosok yang berintegritas, sederhana, dan visioner. Beliau juga rela mundur dari jabatan demi prinsip."
Pahlawan dari era perjuangan kemerdekaan juga sangat dikagumi. Andrea (24), seorang barista di Surabaya, menyebut Bung Tomo sebagai pahlawannya.
"Karena dia kayak pengobar semangat anak-anak buat merdeka," ujarnya.
Dari Denpasar, pelajar I Gusti Ngurah Damar Gumi Bajaskara (13) mengidolakan Kapten Pattimura yang "melambangkan nilai keberanian dan kepemimpinan" saat memimpin perlawanan di Maluku. Di lain sisi, Miswarrudin (20) dari USU memilih pahlawan asal Aceh, Teuku Umar, karena "dia memiliki taktik perang yang sangat cerdik dan dia juga gagah dan pemberani."
Gagasan pahlawan perempuan juga terus relevan. Ratna (22) dari Tabanan, Bali, menyebut R.A. Kartini sebagai inspirasinya. "Menurut saya R.A. Kartini itu adalah pejuang emansipasi perempuan," jelasnya.
"Perempuan itu bukan hanya berkutat di dapur... tapi sebenarnya perempuan itu bisa terus membuat inovasi, berkarya setiap saat dan tidak ada sekat antara perempuan dan juga laki-laki untuk berkarya," tambah Ratna.
Muhammad Amin (24) dari Kalimantan Selatan menyebut dua tokoh sekaligus: Tan Malaka dan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari.
Bagi Amin, Tan Malaka relevan karena akses informasinya yang mudah dan gagasannya.
"Karena sejarah beliau yang sangat mudah diakses untuk sekarang ini dan pendapat beliau tentang pendidikan dan keadilan untuk rakyat Indonesia," jelasnya.
Sementara Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ia anggap pahlawan karena perannya sebagai "pelopor peradilan agama di Indonesia" dan pengarang "Kitab Sabilal Muhtadin" yang terkenal hingga mancanegara.
Dari berbagai jawaban tersebut, jelas bahwa pahlawan di mata Millennial dan Gen Z adalah sosok yang multidimensi. Mereka tidak hanya mengenang pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan, tetapi juga menghargai perjuangan dalam bentuk inovasi, pendidikan, kasih sayang keluarga, dan pemikiran yang melintasi zaman.
Kalau menurut kamu, siapa pahlawan ideal versimu?