Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi timbunan sampah di Depo Mandala Krida. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)
Ilustrasi timbunan sampah di Depo Mandala Krida. (IDN Times/Herlambang Jati Kusumo)

Yogyakarta, IDN Times - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menetapkan jadwal penyaluran sampah residu organik dan residu organik ke Tempat Penampungan Sementara (TPS) atau depo di Kota Yogyakarta. Pengaturan jadwal diharapkan pengelolaan sampah akan lebih baik. 

Ketua Tim Kerja Operasional Penanganan Sampah DLH Kota Yogyakarta, Riyanto mengungkapkan, setiap hari Senin dan Kamis warga menyalurkan sampah residu anorganik,  sementara Selasa, Jumat dan Sabtu untuk residu organik. Khusus di hari Rabu dan Minggu seluruh TPS libur.

"Tentunya penyaluran sampah residu organik dan anorganik yang disalurkan ke TPS hanya diperbolehkan untuk warga yang membuang sampah secara mandiri, gerobak sampah dan motor roda tiga. Namun untuk penyaluran sampah pada Bahan Berbahaya Beracun (B3) yang berasal dari rumah tangga dapat melalui dropbox B3 yang disediakan di setiap kantor Kemantren yang ada di Kota Yogyakarta,” jelas Riyanto, Senin (15/7/2024).

1. Pengaturan angkutan menuju unit pengolahan sampah

Ketua Tim Kerja Operasional Penanganan Sampah DLH Kota Yogyakarta, Riyanto. (Dok. Istimewa)

Riyanto mengatakan, saat ini DLH Kota Yogyakarta terus melakukan pengaturan angkutan menuju Unit Pengolahan Sampah (UPS) di Nitikan, Kranon dan Karangmiri. Untuk menunjang penyelesaian sampah, pemerintah akan melakukan uji coba incinerator, yang merupakan alat daur ulang sampah dengan cara membakar sampah pada suhu yang sangat tinggi. Alat ini digunakan untuk mendaur ulang sampah dalam skala besar yang mampu membakar limbah padat seperti plastik, limbah B3 dan sampah residu.

“Kita akan lakukan uji coba incinerator, gunanya untuk penyempurnaan hasil pengolahan sampah yang ada di TPS. Jika riset ini dapat membantu permasalahan sampah di Kota Yogyakarta, maka akan kita tindak lanjuti,” ujarnya. 

2. Minta warga memisahkan dan mengolah sampah

Pj. Walikota Yogyakarta, Sugeng Purwanto. (IDN Times/Daruwaskita)

Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto mendukung uji coba incinerator yang akan dilakukan DLH. Sugeng berharap warga dapat memilah sampah sejak dari rumah sesuai dengan jenisnya yaitu sampah organik, anorganik, residu organik dan residu anorganik.

Untuk pemilahan sampah organik menggunakan berbagai metode seperti biopori, lodong sisa dapur (losida), komposter maupun penyaluran sampah ke mitra olah organik. Selain itu penyaluran sampah anorganik melalui bank sampah, pelapak, atau mitra daur ulang.

“Pemerintah sudah melakukan langkah yang konkret untuk menangani sampah ini. Kami juga butuh bantuan dari masyarakat untuk mengolah sampah dengan berbagai cara menggunakan biopori maupun losida. Setelah itu, sisa dari pengolahan bisa disalurkan di TPS terdekat sesuai dengan jadwal yang sudah diberlakukan,” jelas Sugeng.

3. Berbagai gerakan tekan jumlah sampah

Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dengan mengusung tema lokal Organikkan Jogja, di Embung Langensari, Selasa (25/6/2024). (Dok. Istimewa)

Pihaknya berharap, selain Gerakan Zero Sampah Anorganik (GZSA) berbasis bank sampah, Gerakan Organikkan Jogja, dapat membantu menyelesaikan permasalahan sampah. Gerakan ini memiliki target 23.750 KK by name by address dengan memproduksi 13.500 biopori dan aktivasi biopori eksisting sebesar 10.250 titik yang dapat membantu pengurangan sampah dari hulunya. 

“Ini akan berlaku untuk jangka waktu panjang. Pemilahan sampah akan dilakukan seperti ini. Kalau tidak kerja sama, sampah yang ada di masyarakat akan terus menimbulkan tumpukan sampah,” ungkap Sugeng.

Editorial Team