Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Warga Patangpuluhan ubah bantaran sungai jadi lahan produktif.
Warga Patangpuluhan ubah bantaran sungai jadi lahan produktif. (dok. Pemkot Jogja)

Intinya sih...

  • Pemkot siapkan Unit Pupuk Organik di bantaran sungai

  • Inovasi warga lewat budidaya maggot

  • Peran komunitas jaga bantaran Sungai Winongo

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Yogyakarta, IDN Times – Warga di RW 07 Kelurahan Patangpuluhan, Kemantren Wirobrajan, Jogja mengubah bantaran Sungai Winongo menjadi area pertanian produktif. Lahan yang dulunya terbengkalai itu disulap oleh Kelompok Tani Winongo Asri.

Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo menilai potensi kawasan ini untuk pengembangan Unit Pupuk Organik (UPO) yang memanfaatkan daun kering dan sampah rumah tangga.

1. Pemkot siapkan Unit Pupuk Organik di bantaran sungai

Hasto mengaku mencari lokasi strategis untuk pembangunan UPO. Menurutnya, bantaran Sungai Winongo menjadi kandidat karena banyak daun gugur yang bisa diolah menjadi pupuk organik.

“Kami sedang mencari lokasi yang tepat untuk membuat UPO. Salah satunya di bantaran Sungai Winongo ini, karena banyak daun yang gugur. Daun-daun tersebut nantinya akan kita olah menjadi pupuk organik,” ujar Hasto dilansir laman resmi Pemkot Jogja.

Ia menambahkan UPO juga akan memanfaatkan sampah dapur rumah tangga sebagai bahan baku. Rencana ini nantinya diperluas ke seluruh kemantren di Kota Jogja. “Kalau di setiap kemantren ada UPO, maka sampah organik tidak lagi yang dibawa ke depo-depo. Sebaliknya, bisa kembali ke masyarakat dalam bentuk pupuk yang bermanfaat untuk pertanian perkotaan,” jelasnya dilansir laman resmi Pemkot Yogyakarta, Kamis (4/8/2025).

2. Inovasi warga lewat budidaya maggot

Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo saat melihat budidaya maggot yang dikelola oleh KWT Winongo Asri. (dok. Pemkot Jogja)

Selain itu, warga Patangpuluhan juga aktif mengelola sampah organik. Salah satunya melalui budidaya maggot yang memanfaatkan sisa limbah rumah tangga sebagai pakan.

“Saya sangat kagum dengan apa yang dilakukan para anggota KWT Winongo Asri. Budidaya maggot ini bukan hanya sekadar inovasi, tapi bukti nyata kepedulian warga terhadap lingkungan. Saya berharap upaya ini bisa diperluas, tidak hanya mereduksi sampah di RW 07, tetapi juga di seluruh wilayah Wirobrajan, bahkan Kota Jogja,” ungkap Hasto.

Menurutnya, inisiatif warga seperti ini merupakan kunci keberhasilan pengelolaan lingkungan di Kota Jogja. “Kekuatan utama Jogja ada di warganya. Kalau warga punya semangat dan kepedulian seperti di RW 07 ini, pemerintah tinggal mendukung dengan kebijakan dan fasilitas. Saya optimis Kota Jogja bisa bebas dari permasalahan sampah,” ungkapnya.

3. Peran komunitas jaga bantaran Sungai Winongo

Sementara itu, Ketua RW 07 Patangpuluhan, Elly Popika Sari, menjelaskan Kelompok Tani Winongo Asri berkomitmen menjaga bantaran sungai agar tidak kembali kumuh. Upaya itu dilakukan melalui pertanian sayur, pemanfaatan sampah organik, hingga budidaya maggot.

"Dengan pertanian sayur mayur, pemanfaatan sampah organik, hingga budidaya maggot, kelompok ini membuktikan bahwa masyarakat dapat berperan besar dalam menjaga kebersihan sekaligus meningkatkan ketahanan pangan keluarga," ujarnya.

Dengan dukungan kebijakan dari Pemkot Jogja, kawasan bantaran sungai diharapkan dapat terus berkembang sebagai ruang hijau produktif. Program ini juga berpotensi menjadi model pengelolaan lingkungan berbasis komunitas bagi wilayah lain.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team