Sleman, IDN Times - Suasana sejuk di kediaman seniman Yosef Suprapto, langsung terasa saat IDN Times berkunjung di rumahnya yang terletak di pojok sebuah desa di kawasan Kaliurang, Senin (6/1/2025) sore. Rumah dua lantai itu didominasi kayu, berada di tepi sebuah sungai dengan pepohonan rindang tumbuh liar di sekitar rumah.
Beberapa lukisan karyanya menghiasi beranda milik seniman yang baru-baru ini santer diperbincangkan lantaran karyanya dipaksa diturunkan saat melangsungkan pameran tunggal di Galeri Nasional, Jakarta, pada 19 Desember 2024.
Kepada IDN Times, pelukis berusia 72 tahun ini menceritakan, pascapemberedelan ia mengaku tak berani membawa pulang enam lukisan yang dipaksa diturunkan. Ia merasa khawatir, catatan sejarah yang dibuatnya akan diambil paksa dan dihilangkan.
“Ada (karya-karya yang dilarang), tapi tidak saya tempatkan di sini. Saya mengkhawatirkan ada hal-hal yang tidak saya kehendaki. Ya (kekhawatiran diambil paksa). Itu catatan sejarah yang suatu saat milik bangsa Indonesia, gak boleh dihilangkan untuk kepentingan pribadi,” tutur Yos.
Kekhawatiran itu dinilainya cukup beralasan, lantaran sebelumnya terdapat seseorang yang mengaku tertarik membeli hasil karyanya yang diberedel berjudul Konoha 1 dan Konoha 2 hingga dihargai Rp1 miliar per lukisan.
“Setelah ditelusuri orangnya tidak jelas. Saya gak tergiur dengan uang. Saya kepengin bangsa saya, bangsa Indonesia jadi bangsa cerdas. Mereka harus dibangkitkan. Saya memang sengaja angkat tema 'Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan' itu harus sampai kepada hati dan pikiran bangsa saya,” ungkapnya.