IDN Times/Nindias Khalika
Saya sampaikan ada dua hal. Sebenarnya banyak, kalau mau mengumpulkan masalah, tapi nanti saya dianggap gak optimis. Dua problem utama Pemilu di DIY, pertama kekerasan yang berulang. Kedua soal hoaks.
Kekerasan yang berulang, bisa antar pendukung. Kita tahu titik rawan itu saat rapat umum. Hadir satu tempat lanjut konvoi di jalan. Itu orang macam-macam, dipantik sedikit saja emosi, merusak banyak hal, mau melukai seseorang.
Saat Pilkada Jogja 2017, saya mempunyai pandangan sama dengan Ketua Bawaslu DIY. Jogja kan kota pendidikan, wisata, masyarakatnya ramah, tapi kenapa kekerasan berulang saat Pemilu atau Pilkada? Ya meskipun kekerasan bisa muncul setiap saat, mau dangdutan, sepak bola, tapi kami berharap Pemilu jangan jadi ajang kekerasan. Kita sepakat untuk mengurangi bentrok pendukung.
Kita ya was-was kalau rapat umum, teman-teman kepolisian juga ekstra pengamaman. Saya undang timsesnya, komunikasi rapat umum hak peserta Pemilu, tapi keramaian itu berpotensi menimbulkan kericuhan. Saya katakan itu hak bapak ibu, bisa gak dimanfaatkan, bisa (dilakukan) dengan cara lain, pertemuan warga, pasang baliho, silahkan.
Awalnya ada yang menolak, ada yang mau. Pendekatan setelahnya Alhamdulillah melewati diskusi, disepakati, tidak memanfaatkan cara seperti itu (rapat umum).