Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Waduh, Puluhan SD Negeri di Bantul Kekurangan Siswa Baru

SDN Bongsren, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak, Kabupaten Bantul. (IDN Times/Daruwaskita)

Bantul, IDN Times - ‎Puluhan sekolah dasar negeri di Kabupaten Bantul kekurangan siswa baru pada tahun ajaran 2022/2023. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olaha Raga (Disdikpora) dan DPRD Bantul mewacanakan adanya regrouping SD negeri yang kekurangan siswa baru pada tahun ajaran 2023/2024 mendatang.

1. Satu kelas minimal diisi 28 siswa‎

Siswa di SDN Bongsren sedang mengerjakan ujian akhir sekolah. (IDN Times/Daruwaskita)

Kepala Disdikpora Bantul, Isdarmoko mengatakan jumlah SD negeri yang mengalami kekurangan siswa baru mencapai lebih dari 20 sekolah dari 364 SD negeri. Kekurangan siswa karena belum mencukupi standar rombongan belajar yang ditentukan pemerintah yakni satu kelas minimal 28 siswa.

"Bahkan ada satu sekolah yang hanya mendapatkan siswa baru 5, 6 dan 7 siswa baru," katanya, Kamis (23/6/2022).

2. Mulai regrouping pada 2023

Kepala Disdikpora Bantul, Isdarmoko. (IDN Times/Daruwaskita)

Solusi atas kurangnya siswa baru pada SD negeri, kata Isdarmoko, adalah regrouping dengan harapan meningkatkan mutu sekolah dan kualitas belajar siswa. Apabila sekolah hanya memiliki sedikit siswa, sekolah tidak bisa eksis dan proses belajar mengajar siswa tidak bisa optimal.

"Di sisi lain operasional sekolah pun tidak akan bisa maksimal dengan jumlah siswa yang sedikit. Karena pemberian anggaran dan besaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) akan sedikit karena ditentukan jumlah siswa dalam suatu sekolah," ungkapnya.

3. Komisi D DPRD Bantul sepakat adanya regrouping

Ketua Komisi D DPRD Bantul, Suratman (kanan). (IDN Times/Daruwaskita)

Terpisah Ketua Komisi D DPRD Bantul, Suratman, mengatakan pilihan regrouping sekolah yang kekurangan siswa merupakan kebijakan yang paling bagus. Namun, regrouping sekolah butuh sosialisasi kepada warga sekolah, orangtua siswa dan masyarakat yang ada di sekitar sekolah terkait.

"Saya sepakat dengan opsi Disdikpora Bantul untuk melakukan regrouping sekolah yang hanya mendapatkan siswa sedikit bahkan bisa dihitung dengan jari. Namun perlu sosialisasi jauh-jauh hari agar tidak terjadi gejolak," ujar politisi PDIP ini.

Suratman mengatakan warga terkadang menolak adanya regrouping SD karena sekolah dianggap aset dan kebanggaan warga. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan dari hati ke hati.

"Toh sebenarnya aset sekolah yang akan diregrouping masih bisa digunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan bahkan tidak perlu menyewa karena pasti masyarakat akan menjaga dengan baik aset sekolah tersebut," ungkapnya.

Politis asal Kapanewon Imogiri ini juga mengatakan regrouping juga bisa meningkatkan kualitas siswa dan guru saat mengajar karena guru bisa melakukan inovasi-inovasi dalam hal pembelajaran.

"Memang secara logika dengan murid sedikit outputnya akan bagus karena belajar mengajarnya bisa maksimal dengan catatan siswa yang diajar memang cerdas. Namun jika tidak, ya sama saja. Lebih baik diregrouping," tandasnya.‎

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hironymus Daruwaskita
EditorHironymus Daruwaskita
Follow Us