Kepala Sekolah MI Qurrota A'yun Muh Afifudin. IDN Times/Tunggul Kumoro
Bagaimanapun, pihak sekolah menampik telah terjadi aksi perundungan sebagaimana diungkapkan @Mummy_Nduty sebagai penyebab SAGH dirawat di rumah sakit.
"Tidak ada penganiayaan, karena gambaran saya penganiayaan itu kan dipojokkan, dipukuli, itu gak, gak ada," tegasnya.
Keyakinannya itu didasari atas penelusuran yang dilakukan pihak sekolah. Hasilnya, nihil.
Dalam utas yang dibuat @Mummy_Nduty, penganiayaan disebut terjadi saat sebelum salat duha. Di mana tiap kegiatan itu ada seorang guru piket yang mengawasi.
Dari guru piket pun selama ini, kata dia, juga tak ada laporan mengenai tindak perundungan itu. "Kami baru tahu (peristiwa itu) setelah anaknya dirawat di rumah sakit," sambung dia.
"Sekolah kami juga gak punya CCTV," lanjut dia.
Selain itu, lokasi antrean wudu di musala sekolah tidak cukup luas. Sehingga, memungkinkan para siswa untuk berdesak-desakan. "Entah itu dipukul atau terpukul, saya kurang tahu juga karena itu belum kita telusuri lebih lanjut," tuturnya.
Afifudin mengaku juga sudah mencoba mengonfirmasi langsung ke si anak, sebelum menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Alhasil, didapati sosok yang diduga melakukan tindak kekerasan itu.
"Dia yang dituduh melakukan itu (perundungan), dia tidak mengaku karena menurutnya dia tidak melakukan," sebutnya.
"Versi anak yang dituduh itu, salat duha, wudu antre. Ketika kemudian anak itu merasa dipukul, dia menengok ke belakang, kebetulan anak itu (tertuduh) ada di belakang," lanjut Afifudin.