illustrasi salat berjemaah (dok. IDN Times/bt)
Pria yang sehari-hari bekerja sebagai perangkat Kalurahan Wijirejo ini menjelaskan, hingga saat ini jam bencet masih dipergunakan untuk mencocokkan waktu salat. Namun pencocokkan waktu salat melalui jam tersebut tidak mencapai lima waktu.
"Kalau 45 derajat itu (bayangan paku) masuk waktu salat Asar. Terus kalau pagi, kalau habis bayangannya itu, kalau istilahnya kita itu sepenggalah. Habis sepenggalah itu sudah habis waktunya Duha, jadi ini bisa untuk menentukan Duha, Zuhur jam 12," katanya.
"Nah, terus jam 12 ini pas titik matahari lurus (bayangannya) ini jam WIB belum tentu jam 12, bisa jam 11.40 kalau WIB. Jadi istiwak itu adalah waktu ibadah, kita hanya menggunakan untuk mencocokkan jam saja," lanjut Haryadi.
Begitu pula dengan waktu Asar nanti bayangan dari paku akan menunjukkan ke arah angka tiga. Angka tiga itu adalah waktu salat Asar, namun jika dicocokkan dengan waktu WIB tidak selalu tepat menunjukkan pukul 15.00 WIB.
"Itu bukan jam tiga WIB tapi tiga Asar, jadi hitungannya kan bayangan. Kalau Magrib habis (bayangannya), itu tandanya Magrib. Yang jelas kalau pakai istiwak tidak bisa dibohongi," ucapnya.
Namun kata mantan Sekretaris Takmir Masjid Kauman ini, untuk waktu salat Isya tidak bisa (dicocokkan dengan jam bancet) demikian pula waktu masuk subuh juga tidak bisa namun habis waktu subuh bisa.
"Jika bayangan atau matahari terbit, di tandanya habis waktu subuh dan masuk waktu salat Duha," katanya.