Kedelai bahan baku tempe. IDN Times/ Bramanta Pamungkas
Subejo memaparkan diperlukan terobosan untuk menekan impor kedelai secara signifikan dan menjaga stabilitas harga dengan cara penguatan inovasi produksi.
“Inovasi pemuliaan benih kedelai yang produktif, adaptif terhadap perubahan iklim dan memiliki citra rasa baik sangat urgen dilakukan," jelasnya.
Lebih lanjut, Subejo menerangkan salah satu inovasi yang dihasilkan oleh UGM yang perlu dikembangkan adalah benih kedelai hitam Mallika. Menurutnya benih ini cukup prospektif karena memiliki produktivitas tinggi, adaptif terhadap kekurangan air dan sesuai untuk daratan rendah dan sedang.
Hal lain yang bisa dilakukan adalah melalui inovasi UGM terkait peningkatan produktivitas kedelai yaitu mikoriza. Melalui mikoriza dapat meningkatkan eksplorasi perakaran sampai ratusan kali volumenya, sehingga penyerapan air dan nutrisi menjadi lebih baik yang membuat tanaman kedelai menjadi lebih subur.
“Selama ini harga kedelai lokal kurang atraktif bagi petani, sehingga budi daya kedelai tidak menjadi prioritas karena tingginya kompetisi dengan komoditas pertanian yang lebih menguntungkan. Alternatifnya, lakukan budi daya kedelai dengan memanfaatkan lahan perhutanan sosial serta pengembangan komoditas subtitusi kedelai," paparnya.
Harapannya pemerintah memberikan program insentif untuk mendorong minat petani mengembangkan komoditas kedelai sehingga kapasitas produksi nasional meningkat. Program insentif ini sangat diperlukan serta dapat dikembangkan melalui pemberian subsidi harga, subsidi sarana produksi, pengadaan alat mesin dan introduksi tata niaga kedelai yang baik dan efisien serta penyuluhan dan pendampingan petani yang efektif.