Mudik Naik Sepeda, Pria ini Tempuh 550 Kilometer yang Berkesan

Bertekad jajal lagi di tahun depan

Sleman, IDN Times - Eko Pujonarko begitu sumringah tatkala berkisah tentang keberhasilannya merampungkan perjalanan mudiknya dari Jakarta Selatan ke kampung halamannya, Sleman. Bukan perjalanan biasa yang ia lalui. Pria 42 tahun itu bisa kembali menjumpai istri dan anaknya usai mengayuh sepedanya kurang lebih 550,21 kilometer.

Dijumpai di kediamannya, Puri Kelapa Gading 1, Condongcatur, Depok, Sleman, Pujo, sapaan karibnya, bercerita bagaimana ia bisa sampai begitu niat melakoni mudik gowes di Lebaran tahun ini.

1. Pengalaman pertama yang banjir dukungan

Mudik Naik Sepeda, Pria ini Tempuh 550 Kilometer yang BerkesanIDN Times/Istimewa

Keinginan mudik dengan sepeda ini sudah Pujo pendam cukup lama, tepatnya saat ia baru saja pindah dari Kota Surabaya tahun 2016 silam. "Tapi memang baru kesampaian 2019 ini, karena waktu lebih memungkinkan beban kerjaan juga."

Ia mengaku bersepeda sendiri dengan Strada 2018-nya, dari Jakarta Selatan, tempat ia merantau. Sampai di Karawang ia sudah dinanti rombongan sesama pemudik gowes.

"Saya berangkat bersama rekan-rekan gowes mudik ini tanggal 29 Mei malam. Setelah berbuka puasa bersama rombongan besar start dari Posko Karawang jam 9 malam," ujarnya, Senin (3/5).

Katanya, saat itu perjalanannya berjalan mulus tanpa hambatan. Sampai-sampai ia dan rombongan bertemu komunitas sepeda lokal di daerah yang dilaluinya. Ia menyebutnya sebagai sambutan hangat.

"Teman-teman pecinta gowes di tiap kota begitu men-support kami. Sehingga tiap kali ketemu di jalan, mereka sedikit memaksa menawarkan mampir ke rumahnya. Seperti di Prembun," lanjut karyawan swasta sebuah perusahaan di Jakarta Selatan ini.

Namun dengan berat hati pula tawaran hangat itu ia tolak lantaran baru saja memulai perjalanan. "Banyak sekali tawaran teman-teman di tiap kota yang men-support kami," sambungnya.

2. Anti kaki turun saat tanjakan

Mudik Naik Sepeda, Pria ini Tempuh 550 Kilometer yang BerkesanIDN Times/Tunggul Kumoro

Mudik kali ini, ia tempuh jalur tengah dari keinginan semula melintasi jalur utara. Ia mengaku penasaran dan ingin menaklukkan yang namanya Tanjakan Alas Roban di Kabupaten Batang dan Tanjakan Gombel di Kota Semarang.

"Saya terakhir coba Tanjakan Gombel gak berhasil. Ada istilah kalau di tanjakan itu sebisa mungkin kaki gak turun dari pedal. Saya terakhir masih putus di tengah-tengah," kata dia.

Namun sayangnya, begitu tiba di Posko Cirebon, rombongannya yang didominasi penunggang sepeda lipat dan federal sudah tidak ada, atau berada jauh di depan, ia pun mengurungkan niat melewati jalur utara tadi. Ia pilih jalur tengah. Otomatis, tak melewati Batang dan Semarang.

"Begitu rombongan di belakang datang, sebagian ambil jalur utara, satu orang itu jalur tengah, Mas Edik, ambil jalur tengah, saya ubah strategi. Jadi saya dari Posko Cirebon sampai Purworejo cuma berdua. Ambil Pejagan, Bumiayu, Ajibarang, sampai ke Purworejo berdua," kisahnya.

Mungkin perjalanannya bisa sedikit terobati, saat melewati Flyover Bumiayu di Brebes. Dengan genjotan yang cuma sebatas kecepatan 3 kilometer/jam, Pujo berhasil menaklukkan jalan layang mempunyai tanjakan ekstrim ini, dengan kaki tak menyentuh aspal sama sekali.

Barulah ketika sampai di Posko Purworejo, teman-teman lainnya menyusul. Bercengkrama dan berisirahat beberapa momen, mereka akhirnya kembali tancap gas berenam.

Akan tetapi, sampai di Kulonprogo, rombongan kembali terpecah. Beberapa sudah sampai tujuan, termasuk Edik. Sementara Pujo masih harus menempuh beberapa kilometer lagi ditemani kedua rekannya yang bertujuan akhir di Kediri dan Blitar.

Baca Juga: 12 Kota Ramah Sepeda di Dunia Ini Suasanya Asyik, Gak Ada Polusi!

3. Perjalanan jauh bukan alasan

Mudik Naik Sepeda, Pria ini Tempuh 550 Kilometer yang BerkesanIDN Times/Istimewa

Pujo mulanya menjelaskan, menurut Putut, Ketua Bike to Work selaku penyelenggara Gowes Mudik, jika rangkaian kegiatan ini adalah yang terpenting bukan perjalanannya, tapi ibadahnya. Mengingat agenda ini dihelat masih dalam momen bulan ramadan. Maka dari itu, skema touring ini pun disiapkan sedemikian rupa.

"Buat teman-teman yang puasa itu disarankan gowes serius atau mengejar lokasi selanjutnya itu, start malam sampai jam 1 pagi. Menunggu waktu sahur lalu salat Subuh. Setelah tidur sedikit, lalu gowes santai sampai jam 9 pagi," jelasnya.

Setelah itu, diimbau untuk istirahat di posko sampai waktu Ashar. Disusul gowes santai lagi sampai ba'da (setelah waktu) Magrib. "Lalu berbuka, salat Isya. Yang mau tarawih, dipersilahkan. Karena Om Putut berpesan, intinya gowes ini bukan soal perjalanannya, tapi ibadahnya. Gowes dengan sepeda itu sarana. Yang memang punya niat tidak berpuasa, disarankan batal ikut gowes mudik. Karena niatnya memang ibadah," tegas dia.

Bukan maksud Pujo melangkahi wejangan seniornya itu tadi. Tapi karena memang harus melintasi teriknya jalur Pantura, membawa barang bawaan seberat hampir 20 kilogram, kemudian ditinggal rombongan, kelelahannya pun memuncak di hari ke-3 perjalanan.

Memasuki hari ke-4, tepatnya jam 1 dini hari, ia yang berniat istirahat sesaat di sebuah Posko di daerah Buntu, Gombong, malah 'kebablasan' dan melewatkan waktu sahur saking lelahnya perjalanan kemarin.

"Bangun udah jam 5 pagi. Kita pikir, karena kalau puasa, seberapa jauh kita bisa kejar target lokasi berikutnya. Akhirnya, kami memutuskan gak puasa. Karena gak puasa itu, siang nggenjot aja terus. Sehingga estimasi saya sampai rumah Minggu malam, malah Minggu dini hari sudah sampai," bebernya.

4. Tahan tangis di 12 kilometer terakhir

Mudik Naik Sepeda, Pria ini Tempuh 550 Kilometer yang BerkesanIDN Times/Istimewa

Sesuai catatan pada aplikasi pencatat perjalanan yang ia pergunakan, Pujo untuk sampai di rumah butuh mengayuh sepedanya selama 84 jam guna menghabiskan jarak 550,21 kilometer. Bukan waktu yang singkat bagi goweser jarak jauh pemula sepertinya.

Kendati demikian, secara persiapan fisik Pujo juga bisa dibilang bukan amatiran. Katanya, ia sudah biasa bersepeda dengan jarak antara 100-200 kilometer. Ditambah, ada latihan kecil-kecilan sebelum dia menjalani mudik gowes ini. Intinya, semua bentuk latihan yang bisa memperpanjang nafasnya.

Sehingga, bukan kendala akibat kurangnya berlatih yang ia derita di tengah-tengah perjalanan. Akan tetapi ketidakhati-hatian yang menyebabkan Pujo mengalami cedera saat berada di jalanan Sedayu. Saat jarak menyisakan 12 kilometer saja dari rumahnya.

"Kaki, betis itu saya gak masalah. Cuma waktu di tanjakan Sedayu, saya sempat keseleo kaki kiri karena sempat meleset ban depan antara aspal sama tanah. Kaki napak gak tepat. Jadi 12 kilometer terakhir pengen nangis karena ketambahan keseleo," ujarnya sambil terkekeh.

Sementara, sepedanya hanya dipersiapkan sebutuhnya saja. Mengingat, kondisinya juga masih prima. "Cuma saya ganti ban aja. Karena saya lebih main di XC atau Cross-Country. Dulu waktu masih muda main di All-mountain. Karena punya sejarah seperti itu saya pakai ban 225, tapi karena mau main di aspal panjang, saya ganti 150," jelas ia merinci.

"Jadi cuma servis rutin, nambah lampu, bawa toolkit sepeda dan serep ban dalam. Nggak ada kendala di jalan, cuma waktu sampai Purworejo, gear mulai agak slack. Tapi itu normal seusai perjalanan jauh," sambung dia.

5. Ingin jajal lagi tahun depan

Mudik Naik Sepeda, Pria ini Tempuh 550 Kilometer yang BerkesanIDN Times/Tunggul Kumoro

Selain Tanjakan Alas Roban dan Gombel yang sudah ia sebutkan tadi, masih ada Tanjakan Bawen yang belum sempat ia taklukan. Semuanya ada di Jalur Utara.

"Ini tadi ada teman saya yang lewat Tanjakan Gombel dan Bawen, katanya ampun-ampun mas. Tapi setelah itu turun-turun semua jalannya," katanya.

Maklum, Pujo memang terlahir gila tantangan. Sedari muda sudah gemar naik gunung dan berpetualang ke sana kemari. Mendengar cerita rekannya tadi, semangatnya justru berlipat ganda. "Tahun depan lewat jalur utara," tegasnya.

Terlepas dari semua itu, Pujo harus merelakan keinginan balik ke tanah perantauan dengan sepedanya. Mengingat, waktu cuti yang diberikan oleh perusahaan tempatnya bekerja terbatas.

"Balik ke Jakarta saya gak naik sepeda. Karena kebetulan tanggal 10 saya harus terbang ke Surabaya dan Malang. Lagi pula disarankan senior, disarankan jangan. Rugi di cutinya, empat hari jalan, empat hari pulang. Mungkin buat pribadi puas, tapi buat keluarga kurang," pungkasnya.

Baca Juga: Suka Duka di Balik Asiknya Gowes Kereta Hias Alun-alun Kidul

Topik:

  • Febriana Sintasari
  • Yogie Fadila

Berita Terkini Lainnya