Kelompok Suporter di Jogja Melebur dalam Duka Tragedi Kanjuruhan

Ratusan orang berkumpul menggelar aksi berkabung

Yogyakarta, IDN Times - Ratusan orang yang tergabung dalam sejumlah kelompok suporter menggelar aksi berkabung di Titik Nol Kilometer, Kota Yogyakarta, Minggu (2/10/2022) malam untuk tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan ratusan orang.

Ratusan orang yang dominan mengenakan pakaian serbahitam terpantau mulai menyemut di lokasi sebelum akhirnya berkumpul di barat Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949 sekitar pukul 20.40 WIB.

1. Diklaim dari Brajamusti hingga BCS

Kelompok Suporter di Jogja Melebur dalam Duka Tragedi KanjuruhanRatusan orang dari berbagai kelompok suporter menggelar aksi berkabung atas tragedi Kanjuruhan di Titik Nol Kilometer, Kota Yogyakarta, Minggu (2/10/2022) malam. (IDN Times/Tunggul Damarjati)

Mereka datang membawa spanduk besar bertuliskan 'Pray for Malang' dan kemudian menyalakan lilin tanda berkabung serta melantunkan lagu 'Indonesia Pusaka' sembari saling berangkulan. Sebagian terlihat sampai menitikkan air mata.

Khalid Husain selaku penanggung jawab acara menyebut acara ini diinisiasi oleh Jogja Arema dengan turut mengundang seluruh elemen suporter yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Diikuti oleh seluruh suporter elemen yang ada di Jogja terutama, suporter dari tuan rumah, Brajamusti, Maident, BCS, Slemania, dan seluruh elemen suporter manapun yang ada di Jogja. Baik Bonek, Viking, The Jak. Siapa pun yang merasa duka kemarin itu menjadi pukulan bagi kita semua kami persilakan ikut," kata Khalid di lokasi acara.

Baca Juga: Komentar soal Kanjuruhan, Akun Polsek Srandakan Diduga Diretas

2. Luka dan duka seluruh bangsa

Kelompok Suporter di Jogja Melebur dalam Duka Tragedi KanjuruhanIlustrasi. Ratusan pecinta sepak bola tergabung Aliansi Suporter Bola Lampung menggelar aksi solidaritas terhadap tragedi Stadion Kanjuruhan. (IDN Times/Tama Yudha Wiguna)

Khalid mengatakan, insiden di Kanjuruhan memang semestinya tak cuma meninggalkan luka bagi pendukung Arema FC alias Aremania atau pecinta sepakbola Tanah Air, melainkan juga seluruh Bangsa Indonesia.

"Kami memang sempat ada di lokasi, sangat bisa kami katakan mencekam sekali. Kita tidak bisa pungkiri gas air mata itu sungguh luar biasa, yang mana menyebabkan teman-teman di sana berhamburan, berlarian berdesak-desakan, yang mana stadion dengan pintu tidak sesuai kapasitas dengan jumlah orang yang ada di tribun tersebut," ungkapnya.

3. Revolusi liga

Kelompok Suporter di Jogja Melebur dalam Duka Tragedi KanjuruhanKerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang usai pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya. (IDN Times/Alfi Ramadana)

Oleh karenanya, acara ini digelar bukan hanya untuk mengenang dan mendoakan para korban serta keluarga yang ditinggalkan, namun juga sebagai refleksi untuk masa depan liga sepak bola di Indonesia yang lebih baik. Demi mendorong sepak bola menjadi tontonan ramah keluarga, jauh dari kata kekerasan.

Pihaknya juga mengajak kelompok suporter lain mendukung upaya ini dengan menjadi fans yang lebih baik, dewasa, bijaksana. Mengesampingkan loyalitas membabi buta dan rivalitas tidak sehat.

"Harapan ke depan PSSI supaya bisa merevolusi, meregulasi liga ini ke depannya menjadi jauh lebih baik lagi tentunya. Harapannya lebih yang menjanjikan bola ini layak hiburan bagi masyarakat Indonesia," tandasnya.

Presiden Brajamusti, Muslih Burhanuddin sepakat dengan ajakan itu. Baginya, sudah waktunya suporter klub di Indonesia bisa menahan diri dan bersikap lebih legowo dengan situasi.

"Loyalitas, rivalitas itu sekarang ini telalu membabi buta. Bagaimana loyal kita kepada klub ya sebenarnya sebatas pertandingan, kita harus belajar meneima dan legowo. Karena sepak bola tidak bisa ditukar dengan nyawa seseorang, dan inisden ini benar-benar memukul kami khusunya suporter di Indonesia," ucapnya.

Tak lupa, Muslih mewakili Brajamusti menyampaikan ungkapan belasungkawa untuk para korban tragedi Kanjuruhan maupun keluarga yang ditinggalkan. Dia cuma berharap peristiwa ini tak kembali terulang di kemudian hari.

Sebelumnya, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan terjadi usai suporter Arema memasuki lapangan karena timnya kalah 2-3 dari Persebaya. Insiden itu direspons polisi dengan menghadang dan menembakkan gas air mata.

Gas air mata itu ditembakkan tidak hanya kepada suporter yang memasuki lapangan, tetapi juga ke arah tribun penonton yang kemudian memicu kepanikan suporter.

Akibatnya, massa penonton berlarian dan berdesakan menuju pintu keluar, hingga sesak nafas dan terinjak-injak. Polisi melaporkan 120 orang lebih tewas akibat kerusuhan tersebut.

Baca Juga: Buntut Kerusuhan Kanjuruhan, Kapolres Malang Dicopot 

Topik:

  • Paulus Risang

Berita Terkini Lainnya