Kegiatan Tripatra cegah stunting di Kapanewon Panggang, Gunungkidul. (Dok.Istimewa).
Sementara itu, Kepala Puskesmas Panggang II, Ridwan, menyebut kasus stunting di wilayah Puskesmas Panggan II memang masih cukup tinggi. Masalah tersebut tidak lepas karena kondisi pola asuh, maupun karena pengaruh makanan cepat saji.
"Faktor asupan makanan juga berpengaruh, termasuk faktor pola asuh," kata Ridwan.
Tercatat dari jumlah balita di wilayah Puskesmas Panggang II masih diangka 17-20 persen. Sehingga penting peran serta berbagai pihak untuk menangani masalah stunting ini.
"Pola motivasi serta sosialisasi penting dan perlu diberikan, sedangkan bagi anak-anak yang sudah stunting diperlukan perbaikan kualitas nutrisi anak," kata dia.
Disebutnya masalah stunting dapat muncul mulai usia remaja, pranikah, hingga nikah. "Terkait remaja dengan kondisi anemia dari 12 persen masih 10 persen sehingga pencegahan dari remaja dapat dilakukan dengan meminum obat penambah darah satu bulan sekali," saran Ridwan.
Sementara itu untuk pranikah, dibangun dengan kerja sama bersama Kantor Urusan Agama (KUA) dalam pengelolaan kesehatan hingga nikah. Selanjutnya saat hamil dilakukan pemantauan yang semula 4 kali ditingkatkan menjadi 6 kali.